Waktu | : | Sunday, 22 December 2024 |
---|
Energi alternatif merupakan istilah yang digunakan pada energi non-minyak bumi, yang dapat dikembangkan baik dari energi terbarukan maupun dari energi tak terbarukan Pemanfaatan energi baru dan terbarukan diarahkan untuk mengatasi permasalahan kelistrikan di Indonesia dengan tujuan mengurangi penggunaan BBM dan permasalahan cost-recovery pengembangan kelistrikan yang merupakan tanggung jawab PLN. Dari studi yang dilakukan oleh World Bank (2005) seperti yang terlihat pada tabel 2 disimpulkan bahwa rata-rata laju elektrifikasi di Indonesia adalah 67 %. Laju elektrifikasi tertinggi di pulau Bali (86%), sedangkan terendah adalah Papua (22%). Nilai ini masih jauh dari target pemerintah untuk menaikkan elektrifikasi rasio menjadi 90 % pada tahun 2020. Dengan mengacu kepada target pemerintah sebesar 90 % pada tahun 2020, World Bank (2005) memprediksi bahwa PLN harus menambah 1,3 juta sambungan baru setiap tahunnya. Dengan berpedoman pada tarif dasar listrik yang sama untuk semua pulau, maka pengembangan elektrifikasi ratio yang PLN akan menderita kerugian yang cukup signifikan. Oleh karena itu perlunya peningkatan elektrifikasi ratio di beberapa daerah dengan menggunakan energi alternatif berdasarkan potensi suatu wilayah. Salah satu energi alternatifyang sangat memungkinkan adalah penggunaan energi nuklir dalam sebuah pembangkit listrik.
Sistim pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada dasarnya hampir sama dengan PLTU konvensional, dengan panas yang diambil dari hasil pembelahan inti fissil dalam sebuah reaktor daya. Karena tidak ada proses pembakaran, maka PLTN tidak menghasilkan polutan seperti pembangkit listrik berbahan bakar fosil (Minyak dan batubara). Limbah yang dihasilkan oleh PLTN berupa padatan bahan bakar bekas dapat didaur ulang untuk diambil kembali uranium dan plutoniumnya atau bahan bakar bekas tersebut disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, 30-40 tahun.
Penggunaan PLTN sebagai pembangkit listrik sudah banyak digunakan di negara maju, seperti Perancis (77,68 % dari kebutuhan listrik nasionalnya), Jepang (±27%) dan Amerika serikat (19,86 %). Selanjutnya, pemerintah Republik Indonesia sudah memutuskan untuk membatasi penggunaan energi fosil pada tahun 2025, maka salah satu subtitusi yang ditawarkan adalah PLTN yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2016 dan 2017 dengan kapasitas 2 x 1000 MW. Walaupun energi nuklir ini sudah mencapai nilai keekonomisan terbaik dari semua sumber energi yang ada (4 US cent / kWh), namun karena pemerintah belum melakukan sosialisasi mengenai keuntungan penggunaan PLTN, maka aspek penerimaan masyarakat tentang resiko kecelakaan PLTN selalu menjadi hambatan dalam pelaksanaan proyek ini. Apalagi sejarah keilmuwan telah mencatat bahwa perkembangan keamanan reaktor juga dibayangi oleh catatan kecelakaan reaktor yang terjadi di masa lalu.
Kecelakaan reaktor di Three Mile Island (1979), Chernobyl (1986) dan yang terbaru di Fukushima (2011) telah menimbulkan pro dan kontra tentang kelayakan atau keamanan penggunaan PLTN, tidak terkecuali di Indonesia.Pengetahuan dalam bidang nuclear safety sangat penting menjadi pengetahuan bersama. Melalui acara International Symposium on Fukushima Nuclear Accident diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang keselamatan pada reactor nuklir (nulear safety) serta lebih khusus mengenai rekonstruksi pasca kecelakaan di reaktor Fukushima. Acara ini akan diselenggarakan oleh Pusat Studi Energi (PSE) dan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada yang berkolaborasi dengan Direktorat Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Republik Indonesia.
Tujuan:
1. Memberikan pengetahuan kepada publik mengenai pembangkit listrik tenaga nuklir dan konsep kehandalannya.
2. Menyebarluaskan pengetahuan tentang Fukushima accident, rekonstruksi pasca accident, dan pengaruhnya terhadap pengembangan PLTN di Indonesia serta permasalahan global.
Tanggal dan Tempat Pelaksanaan:
Tanggal : Rabu, 19 Maret 2014
Jam : 08.00 – 16.00 WIB
Tempat : Gedung University Center (UC) Universitas Gadjah Mada
Kompleks Bulaksumur, Yogyakarta – Indonesia
Pembicara:
1. Takehiko MUKAIYAMA(Project Adviser, JAIF International Cooperation Center)
2. Akimasa ONO (Energy Consultant, former Division General Manager, Mitsui & Co. Ltd)
3. Dr. Tumiran (National Energy Council of Republic of Indonesia)
4. Djarot Sulistio Wisnubroto(Head of National Atomic Agency of Indonesia (BATAN))
5. Yoshimitsu FUKUSHIMA(Senior safety officer, International Seismic Safety Center, IAEA)
6. Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto(Head of Nuclear Energy Regulatory Agency of Indonesia (BAPETEN))
7. Akira KANEUJI,(Former Executive Managing Director, Mitsubishi Heavy Industry)
8. Tadashi INOUE (Research Advisor, Central Research Institute of Electric Power Industry (CRIEPI))
9. Kazuko UNO (Divison Head, Louis Pasteur Center for Medical Research)
10. Dr. Deendarlianto (Head of Center for Energy Studies, Universitas Gadjah Mada-Indonesia)
Tor Pelaksanaan Dapat didownload : TOR_International Symposium on Fukushima Accident