MENYOAL PEMAKAIAN PERTAMAX UNTUK KENDARAAN PRIBADI
Karna Wijaya, Manajer Biofuel, Katalis dan Energi Hidrogen, PSE-UGM
Bulan April 2012 nanti para pemilik kendaraan pribadi di Indonesia tidak diperkenankan lagi membeli bensin bersubsidi jenis premium. Mereka harus beralih menggunakan pertamax yang harganya hampir dua kali lipat premium- harga pertamax saat ini di SPBU-SPBU di Pulau Jawa sekitar Rp.8.600,-/liter sedangkan premium Rp.4.500,- per liter- sementara kendaran umum dan sepeda motor masih bisa menikmati premium sampai waktu yang belum ditentukan. Untuk pemilik kendaran pribadi yang tidak mampu membeli pertamax pemerintah memberi solusi dengan menyediakan bahan bakar gas (BBG) sebagai penggantinya. Melalui program konversi premium ke BBG pemerintah pada tahun ini berencana menyediakan sekitar 300.000an converter kit. Jumlah ini tentu saja masih sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah kendaraan pribadi yang ada di Indonesia, sehingga dalam waktu dekat kebijakan konversi ini nampaknya belum bisa mengatasi secara tuntas permasalahan kebutuhan akan bahan bakar murah. Sebenarnya kebijakan pemerintah mengharuskan kendaraan pribadi memakai pertamax ada sisi positifnya, khususnya bagi lingkungan, pembangunan dan mesin kendaraan itu sendiri. Pertamax adalah campuran antara etanol (5%) dengan bensin premium (95%). Pertamax memiliki kelebihan dari bensin premium biasa, yaitu angka oktannya lebih tinggi dan emisinya lebih rendah daripada premium. Dengan angka oktan sekitar 92 sementara premium 88, pertamax dapat meningkatkan kinerja kendaraan secara signifikan karena ketukan mesin menjadi berkurang. Penggunaan pertamax diyakini juga dapat memicu hal-hal positif (positif effects) lain seperti: 1. Penghematan devisa negara melalui pengurangan impor MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether). Selama ini MTBE dimanfaatkan sebagai aditif antiknocking dan harus diimpor, penggunaan bioetanol sebagai pengganti aditif pada bensin, yang sifatnya dapat diperbaharui, dan dapat diproduksi dari biomassa akan dapat menghemat devisa negara, 2. Peningkatan nilai ekonomi berbagai biomassa yang potensial untuk bahan baku pembuatan bioetanol. 3. Pengurangan beban keuangan negera karena subsidi. Saat ini pendapatan Negara dari sektor MIGAS berjumlah 272 trilliun sementara subsidi BBM mencapai Rp 231 trilliun. 4. Peluang komersial mendapatkan Carbon Credit sesuai dengan Kyoto Protocol. 5. Peningkatkan ekonomi petani melalui pengembangan industri atau UMKM bioetanol berbasis biomassa. 6. Penciptakan lapangan pekerjaan baru di pedesaan maupun kawasan industri bioetanol. 7. Penggunaan pertamax bisa mengurangi konsumsi bahan bakar daripada penggunaan premium. 8. Pertamax juga lebih ramah lingkungan karena mengandung bioetanol sebesar 5% sehingga dapat mengurangi emisi berbahaya untuk lingkungan yang pada gilirannya mengurangi effek rumah kaca dan dampak berbahaya lainnya bagi lingkungan. 9. Menghidupkan kembali industri biofuel Indonesia yang sempat mati suri selama beberapa tahun 10. Subsidi dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur jalan, pendidkan, dsb Sisi negatif yang mungkin timbul dari pengalihan premium ke pertamax antara lain adalah 1. Produk pertamax dari Pertamina akan bersaing ketat dengan pertamax yang dikelola oleh SPBU-SPBU asing, 2. Kecurangan-kecurangan di SPBU seperti pemilik kendaran pribadi menyuap petugas SPBU untuk bisa memperoleh premium, menjamurnya black market atau pedagang-pedagang premium eceran di jalanan yang mengakibatkan pemilik kendaraan pribadi membeli premium di black market atau pedagang eceran, 3. Dugaan akan munculnya inflasi secara cukup signifikan 4. Timbulnya kerusuhan sosial dan efek negatif lainnya. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah dan konsumen Berbagai macam reaksi dan rekomendasi dari berbagai kalangan baik politisi, ekonom, maupun masyarakat muncul setelah pemerintah berencana mengalihkan pemakaian premium oleh kendaraan berpelat hitam ke pertamax. Beberapa usulan yang berhasil penulis rangkum dari berbagai sumber, media dan diskusi adalah sebagai berikut: 1. Menaikkan harga premium untuk mobil berpelat hitam secara bertahap setiap tahun atau secara otomatis setiap bulan sebesar 5 % sehingga dalam kurun waktu 18 bulan tercapai harga keekonomiannya yaitu sekitar Rp.8.100,-/L. 2. Mencabut subsidi alpha (biaya distribusi dan margin) dan pajak secara bertahap. Subsidi alpha dan pajak ditanggung oleh pemerintah. Sehingga konsumen hanya membayar harga produksi premium saja sebesar Rp.6500,-/L. 3. Tetap memberlakukan subsidi penuh untuk kendaraan roda dua dengan harga premium sebesar Rp.4500,-/L, non subsidi sebesar Rp.8.000,- /L, subsidi sebagian kepada kendaraan umum dengan harga Rp.6500,-/L. 4. Demi alasan-alasan positif di atas pemilik kendaraan pribadi sebaiknya mau menggunakan pertamax atau melakukan konversi ke BBG. 5. Menggalakan pemakaian transportasi massal seperti bus, kereta api dan sebagainya. Selama ini penataan sektor transportasi massal masih buruk , apalagi dengan harga premium yang relatif murah, masyarakat lebih menyukai bepergian kemana-mana dengan kendaraan pribadi. 6. Pemilik kendaraan pribadi beroda empat sebaiknya mengurangi pemakaian kendaraan pribadinya yang berroda empat. Untuk keperluan praktis dan kurang urgen gunakan saja sepeda motor atau sepeda. 7. Meninjau kembali kebijakan tidak popular ini dengan mendengarkan saran-saran para ahli ekonomi dan energi. 8. Memperbaiki infrastruktur transportasi massal seperti jalan raya dan rel kereta api. 9. Merevitalisasi industri biofuel dan menggalakkan pemakaiannya. 10. Mempercepat pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) selain biofuel seperti energi surya, angin, hidrogen, air dan hibrida. Penutup Senang atau tidak senang nampaknya pemakai kendaraan pribadi yang tidak setuju dengan kebijakan ini dalam waktu dekat harus merogoh kantongnya lebih dalam demi kenyamanannya bertransportasi sambil bersabar sehingga konversi BBM premium ke BBG terealisir. Bagi penggemar pertamax dengan melihat sisi positif akan manfaat pertamax untuk mesin dapat tetap menggunakan pertamax tanpa terganggu oleh issue ini. Untuk aktivis lingkungan peningkatan pemakaian pertamax seyogyanya menggembirakan karena sifat pertamax yang lebih ramah lingkungan daripada premium. Lepas dari itu semua pemerintah tetap harus mencari penyelesaian yang bersifat win-win. Ketidaksiapan pertamina dalam menyediakan fasilitas pertamax seperti truk tangki dan SPBU pertamax dapat berakibat serius pada realisasi kebijakan ini dan yang lebih krusial lagi yang perlu diwaspadai bersama baik oleh pemerintah dan masyarakat adalah jangan sampai kebijakan tidak popular ini menimbulkan anarkisme seperti di Nigeria.