Dalam menindaklajuti Rapat Koordinasi PSE UGM sebelumnya, PSE UGM mengadakan rapat konsinyering yang dilaksanakan pada tanggal 21-22 Februari 2025 dan dihadiri oleh tenaga ahli PSE UGM. Rapat ini membahas penyusunan resume kajian, konsep kerja PSE UGM ke depan serta membahas press release PSE UGM. Rapat ini bertujuan untuk merangkum kajian yang telah dilakukan oleh tenaga ahli PSE UGM dan menyusun resume kajian tersebut agar dapat dipublikasikan melalui laman resmi PSE UGM.
Uncategorized
Tanggal 14 Mei 2024 di UC UGM, dilaksanakan Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goal (SDG) 17. Sejak 2020 CDSR-PSE menjadi mitra kota Makassar dalam pengembangan low carbon city . MoU ini dirintis untuk menguatkan kerjasama komprehensif berkelanjutan antara UGM secara keseluruhan dan kota Makassar. Hadir dalam penandatanganan MoU tersebut antara lain Ibu Rektor UGM, Kepala PSE UGM, Walikota Makassar, Prof John Zhai dari CU Boulder dan Dr. Donny Kurniawan dari ITB. Acara ini dilanjutkan dengan Kuliah Publik bertema “Pengembangan Kota Rendah Emisi Karbon di Indonesia” yang relevan dengan SDG 4: Pendidikan Berkualitas.
Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof. Sarjiya, S.T., M.T., Ph.D., IPU., menyatakan bahwa perubahan iklim telah terjadi, dan oleh karena itu diperlukan transisi energi untuk mengurangi dampak negatifnya, yang sejalan dengan SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau. Sejak tahun 2017, UGM bersama ITB dengan dana dari USAID (Pemerintah Amerika) memulai proyek pengurangan emisi karbon di Kota Makassar, yang dipilih dari dua kota lainnya di Indonesia, yaitu Jakarta dan Banyuwangi. Proyek ini mendukung SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim. Kerjasama lintas daerah dan internasional ini terus berlanjut dengan pendanaan dari National Science Foundation (NSF) dan terakhir dari US Department of State (Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat), melalui program Net Zero Carbon Communities (NZCC) di Kota Makassar. Hal ini menunjukkan komitmen bersama untuk transisi energi dan menciptakan kota hijau, sesuai dengan SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, dan SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.

Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., berterima kasih kepada Pemkot Makassar atas kepercayaan yang diberikan untuk bekerjasama. Penandatanganan kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi kedua belah pihak dalam menyelamatkan lingkungan, sejalan dengan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Prof. Ova juga menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Makassar guna melihat implementasi konsep rendah karbon yang dapat direplikasi di UGM dan daerah lainnya. UGM saat ini sedang mengembangkan green campus dengan menambah kendaraan rendah karbon seperti bus dan motor listrik, serta pembuatan kantong-kantong parkir, yang hanya memungkinkan kendaraan rendah emisi karbon untuk beroperasi di lingkungan kampus, mendukung SDG 15: Ekosistem Darat. Prof. Ova berharap kerjasama ini dapat mengoptimalkan potensi Tridharma Perguruan Tinggi, mengingat dampak perubahan iklim adalah masalah global yang membutuhkan perhatian bersama, dan UGM berkomitmen untuk memitigasi risikonya.
Walikota Makassar, Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto, dalam sambutannya menyatakan kebanggaannya dapat bekerjasama dengan UGM, salah satu institusi pendidikan terkemuka, untuk mewujudkan Makassar menjadi Smart City yang mendunia, mendukung SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan. Pemkot Makassar memiliki komitmen untuk memelihara lingkungan hidup dan mengurangi emisi karbon, meskipun menghadapi tantangan sebagai kota yang padat penduduk dengan 1,5 juta jiwa.
Pada tahap awal pengembangan Kota Makassar menuju Low Carbon Emission, dipasang sensor-sensor berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning untuk memetakan kondisi kota dan mengumpulkan data sebagai dasar pengembangan kota, mendukung SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Data ini memberikan rekomendasi untuk pengurangan emisi karbon, seperti pengurangan penggunaan kaca, pemasangan atap solar, dan pengelolaan air bersih, yang relevan dengan SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi.
Pengembangan lorong/gang menjadi Smart Alleys dan Tourism Alleys dengan memanfaatkan potensi masyarakat lokal seperti Urban Farming juga dilakukan, mendukung SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Implementasi teknologi berbasis social engineering untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) akan membutuhkan usaha dan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan lingkungan rendah emisi karbon sesuai dengan roadmap yang terbentang dari penelitian hingga implementasi, yang juga mendukung SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan.
(ugm.ac.id, 2024)
Memperingati Hari Listrik Nasional ke-75, Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyerahkan dua penghargaan kepada UGM. Dua penghargaan kepada UGM tersebut sebagai institusi dan penghargaan kepada Dr. Deendarlianto, S.T., M.Eng selaku kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM.
Kedua penghargaan tersebut diberikan karena sebagai institusi dan individu telah mendukung kegiatan strategis ketenagalistrikan nasional yang diselenggarakan oleh PLN. Penghargaan diserahkan Direktur Puslitbang PLN, Iswan Prahastono, dan diterima Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M, dan Kepala PSE UGM, Dr. Deendarlianto, S.T., M.Eng., secara daring, Selasa (3/11).
“Kami berterima kasih bahwa pada Hari Listrik Nasional kali ini bisa memberikan penghargaan pada stakeholder. Tidak terbatas pada individu, namun juga institusi atau kelompok. Karena diminta memilih satu, sempat bingung saya kemarin, karena kita banyak kerja sama dengan universitas dan bentuk kerja sama dengan UGM lebih dari satu maka kami memilih UGM untuk menerima penghargaan ini,” ujar Iswan Prahastono.
Iswan menuturkan, penghargaan yang diberikan pada UGM sebagai institusi karena berbagai kerja sama selama ini telah memberi manfaat pada PLN. Selain hasil-hasil kerjasama dapat dirasakan saat ini, hasil kerja bersama tersebut memberi dampak positif bagi PLN dan bangsa Indonesia kedepan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan General Manager PLN, Pusenlis Chairani Rachmatullah. Menurutnya, pemberian penghargaan kepada stakeholder ini merupakan penilaian hasil kerja sama sepanjang tahun ini (2020).
Dari sekian banyak kerja sama dan berbagai kriteria penilaian maka penghargaan pada akhirnya diberikan kepada Deendarlianto selaku kepala PSE UGM. Penghargaan ini karena dukungan dan dedikasi yang telah diberikan selama ini untuk membangun ketenagalistrikan nasional.
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan pada PLN, profesionalisme juga fleksibilitas yang ditunjukkan dan pemahaman pada ketenagakelistrikan di Indonesia sehingga PLN sangat terbantukan,” ujar Chairani.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M., menyambut baik penghargaan ini. Menurutnya, PLN sudah menjadi sahabat UGM sejak lama sekali.
Menurutnya, dalam jiwa PLN terkadung sifat pengabdian yang luar biasa. PLN di satu sisi harus membangun listrik di seluruh negeri untuk ratusan juta manusia, sementara PLN diminta menjual dengan harga murah.
“Sementara di sisi lain PLN juga harus membeli energi untuk bisa menggerakkan industri listriknya dan energi berupa minyak, gas, solar energi dan lain-lain itu dibeli dengan harga yang mahal. Nah, PLN ini kira-kira ada di tengah, jika tanpa dijiwai pengabdian yang tinggi kondisi ini bisa berakibat stres tinggi berkepanjangan,” ungkapnya.
Paripurna mengungkapkan UGM berbangga bisa bermitra dengan PLN mengingat posisi PLN sangat penting di kancah industri kecil, menengah maupun rumah tangga maupun industri besar. Jiwa pengabdian luar biasa yang dimiliki sesuai dengan jati diri UGM sebagai universitas perjuangan, universitas kerakyatan dan sebagai universitas nasional.
“Kolaborasi ini luar biasa, bagaimana mungkin UGM bisa maju apalagi dengan kuliah online, bagaimana laboratorium UGM bisa berjalan, semua atas bantuan PLN, dan UGM berkontribusi menyumbangkan tenaga ahlinya untuk PLN,” imbuhnya.
Kepala PSE UGM, Dr. Deendarlianto, S.T., M.Eng., merasa bersyukur mendapat penghargaan pada hari Listrik Nasional ke-75. Penghargaan ini sebagai wujud kerja sama yang telah berjalan dengan PLN, baik PLN pusat, PLN Yogyakarta dan di wilayah-wilayah lain serta dengan Pusenlis dan Puslitbang PLN.
“Semua berjalan dengan lancar dan kita kerjakan dengan tulus. Harapan kami kontribusi tersebut memberi kebaikan bagi bangsa Indonesia kedepannya. Secara pribadi mengucapkan terima kasih pada PLN atas penghargaan ini, kepada kami dan PSE UGM dan UGM pada umumnya sebagai stekeholders terbaik tahun ini,” ujar Deendarlianto.
Deendarlianto mengakui banyak kajian dan kontribusi serta kerja sama yang telah dilakukan bersama antara UGM dan PLN yang pada intinya tetap mendorong pada kemandirian listrik nasional. Selain itu, juga mendorong bagaimana agar industri listrik nasional bisa diperkuat beserta industri pendukungnya dengan kemandirian teknologi dalam negeri.
“Seperti yang telah kita lakukan di tahun-tahun kemarin antara PLN dan UGM bekerja sama dalam melakukan proses pembinaan dan pemetaan industri manufaktur lokal dalam rangka mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) kedepannya. Jadi saya masih ingat, saya melakukan survei bersama teman-teman PSE UGM dan PLN dari Sumatra sampai ke Kalimantan, Sulawesi dan akhirnya kita mengeluarkan sebuah peta kapabilitas industri manufaktur nasional dan kita sudah berikan data tersebut ke PLN,” ucapnya.
Deen menambahkan, PSE UGM dan Pusenlis PLN saat ini sedang melakukan kerja sama untuk peningkatan ekonomi masyarakat berbasis kelistrikan dan berbasis ekosistem listrik kerakyatan. Kerja sama ini ditempuh karena percaya pasca setelah pandemi Covid-19 ini, pertumbuhan industri sangat kecil demikian pula dengan ekonomi masyarakat.
“Oleh karena itu Pusenlis PLN dan UGM melakukan kajian bersama mengenai bagaimana kita meningkatkan energi terbarukan dan mengurangi bahan batubara, namun dengan melibatkan stakeholder masyarakat dalam mendukung ekonomi masyarakat di pedesaan. Karena itu, kita melaksanakan kegiatan yang sangat signifikan, diantaranya meningkatkan co-firing biomassa, juga dari limbah publik yang kita manfaatkan agar bisa mendorong pengurangan porsi batubara 5 persen di beberapa PLTU di Indonesia,” katanya.
Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/20293-peringatan-ke-75-hari-listrik-nasional-ugm-terima-2-penghargaan
Supiori adalah salah satu kabupaten di Papua, berlokasi sekitar 3 jam perjalanan dari Biak. Supiori memiliki pemandangan yang cukup indah layak disebut sebagai salah satu zamrut khatulistiwa. Pasir putih menghampar dengan pohon kelapa yang nyiur melambaicukup menggambarkan keelokannya. Tanah yang subur dan hasil laut yang melimpah menambah potensi daerah yang luar biasa.
Ikan adalah salah satu komoditas hasil laut yang cukup besar di Supiori, namun sampai saat ini hasil tangkapan seringkali terbengkalai karena kurangnya tempat penyimpanan ikan (cold storage). Untuk itu Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua dan PSE UGM bersama-sama mengembangkan dan menerapakan teknologi energi terbarukan untuk memasok energi pada cold storage ikan dengan kapasitas 425 L. Perangkat ini cukup untuk menyimpan ikan dan produk olahanya dalam kondisi dingin. Sehingga dapat memperpanjang usia penyimpanan bahan makanan.
Instalasi perangakat ini dilakukan bersama dengan masyarakat agar ada transfer pengetahuan dengan cepat. Komponen yang digunakan pun sebagian dapat di temukandi Biak untuk memudahkan proses perbaikan manakala ada kerusakan. Hal tersebut diharapkan mampu mendukung keberlanjutan kemanfaatan sistem.
Papua adalah tanah yang sangat kaya dengan sumber daya alam, pengembangan teknologi tepat guna masih sangat diperlukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bencana alam tsunami dan gempa bumi telah melanda masyarakat Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Untuk membatu tanggap darurat bencana tersebut, Disaster Response Unit (DERU) UGM mengirimkan timnya untuk melakukan asesmen dan menyalurkan bantuan. Untuk mendukung operasional tim dalam menjalankan tugasnya dan mengingat hambatan ketersediaan listrik maka PSE UGM mengembangkan PLTS portable untuk memasok energi bagi keperluan emergency meliputi charging HP, laptop, lampu, serta telepon satelit.
PLTS potable dilengkapi dengan panel surya 80Wp (4x20Wp) yang dapat dilipat dan dibawa dalam koper, baterai 12V 28Ah, charger 5V 4A 4 port, serta inverter 300Watt. Sistem ini dapat dibawa dalam dua unit koper jinjing yang mudah dibawa. Menurut laporan tim di lapangan, alat ini sangat membantu terutama dalam charging HP anggota tim dan realawan lainnya.
Salah satu program KKN PPM UGM Indramayu 2017 adalah pemanfaatan Listrik Tenaga Surya untuk penerangan lingkungan (PJU) dan penyediaan listrik pada bangunan pertemuan di lokasi Ekowisata Pantai Lestari Karangsong Indramayu. Program ini terwujut atas inisisasi mahasiswa KKN PPM serta dukungan penuh dari Pertamina RU VI Balongan dan Pusat Studi Energi UGM serta bantuan dari kelompok Pantai Lestari.
PJU yang terpasang sebanyak 5 titik dengan kapasitas 100Wp per titik. Selain itu dipasang pula Solar Home System (SHS) sebesar 600Wp untuk mendukung pelayanan energi liatrik di gardu pertemuan. PSE UGM memberikan dukungan penuh dalam instalasi dan pelatihan teknis pada kelompok Pantai Lestari sebagai pengelola Ekowisata. Instalasi ini diharapkan memberikan kemanfaatan yang berkelanjutan.
Bandung (26/7/16). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik nasional, serta peran keamanan pasokan listrik dalam menunjang sektor ekonomi daerah, Pusat Studi Energi UGM mengadakan acara Focus Group Discussion (FGD) yang bertempat di Crowne Plaza Hotel – Bandung , Pada hari Rabu (26/07/16).
Pada acara ini dibahas mengenai hasil kajian yang telah di lakukan oleh Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (PSE UGM) yang mencakup bagaimana urgensi dan benefit pembangunan sistem infrastruktur ketenagalistrikan. Dalam acara ini juga disoroti mengenai sistem high voltage transmission (SUTET) yang dikaji dari sisi tekhnis, ekonomi, sosial, hukum dan international benchmark di beberapa negara. Disimpulkan bahwa, pembangunan infrastruktur kelistrikan yang handal akan menghasilkan keamanan pasokan listrik bagi bermacam sektor seperti UKM, Industri, Pendidikan, dan Kesehatan yang membawa multiplier effect bagi perekonomian.
Beberapa narasumber yang kompeten di bidang kelistrikan dan ekonomi diundang sebagai penanggap dalam acara ini, seperti Prof. Rinaldy Dalimi (Anggota Dewan Energi Nasional), Iwan Purwana (GM Distribusi PLN Jawa Barat), Agung Suryamal (KADIN Jawa Barat) dan Dr. Dadang M Masoem (Kepala BPMPT Jawa Barat).
“Faktor yang mendukung keterjaminan pasokan listrik perlu terus di dorong agar memberikan benefit maksimum karena sudah terbukti bahwa jaminan pasokan listrik di Jawa bali telah menghasilkan multiplier effect di sisi ekonomi secara berlipat.” Ujar Dr. Tumiran, Ahli ketenagalistrikan dan Team Leader kajian Kelistrikan PSE UGM.
Acara di buka oleh Kepala Pusat Studi Energi UGM, Dr. Deendarlianto yang menekankan bahwa “Kajian infrastuktur ketenagalistrikan ini akan bermanfaat bagi ketahanan energi nasional dalam upaya mendukung program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW”.
Ketersedian Sumber daya energi atau listrik secara khusus akan mempengaruhi pembangunan, di mana pertumbuhan ekonomi akan sangat bergantung pada ketersediaan listrik. Efek multiplier ini di harapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah pada umumnya (AIM)
Dalam rangka refleksi Ramadhan dan buka bersama yang diselenggarakan Pusat Studi Energi UGM sekaligus sebagai wahana bincang-bincang mengenai keenergian nasional, diselenggarakan konferensi pers pada 27 Juni 2016 di Aula Pusat Studi Energi UGM.
Beberapa isu aktual dalam bidang migas, kelistrikan, dan energi terbarukan menjadi diskusi yang hangat yang dihadiri oleh rekan-rekan pers dan peneliti PSE UGM. Dalam hal ini PSE UGM mendorong tata kelola energi yang lebih baik di Indonesia dengan memperhatikan bauran energi nasional. Migas didorong agar makin bisa menjadi modal pembangunan, bukan hanya sebagai komoditas bagi negara. Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Dr. Deendarlianto selaku Kepala PSE UGM dalam memberi sambutan awal.
Di sisi lain, kepastian pasokan listrik serta infrastruktur ketenagalistrikan maupun transmisi sebaiknya perlu diakselerasikan agara rasio elektrifikasi Indonesia meningkat, seperti dijelaskan Dr. Tumiran, pakar ketenagalistrikan PSE UGM.
Di akhir acara, Dr. Rachmawan Budiarto menjelaskan update langkah nyata PSE UGM dalam riset dan implementasi energi terbarukan baik penerapan energi surya di Karimunjawa maupun keterlibatan PSE UGM dalam konsorsium KEMALA yang baru-baru ini diteken. Forum tersebut menjadi langkah nyata PSE UGM dalam implementasi Energi Terbarukan dalam skala yang lebih besar.
Acara ditutup dengan buka bersama seluruh keluarga besar peneliti, staff, dan senior PSE UGM serta kajian singkat oleh Ust. Ahmad Rahma Wardhana, S.T. (AIM)[:]
[:id]Setelah melalui proses panjang sejak bulan Oktober 2015, pada hari ini, Jumat 24 Juni 2016, telah dilakukan penandatanganan perjanjian hibah Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) antara Millenium Challenge Account Indonesia (MCAI) dengan Konsorsium Kemala (Konsorsium untuk Energi Mandiri dan Lestari), di kantor MCAI, Gedung MR21, Lantai 11, Jalan Menteng Raya 21, Jakarta Pusat. Penandatanganan dilakukan oleh Ibu Bonari Siahaan sebagai perwakilan MCAI serta Dr. Rumadi Ahmad dan Dr. Marzuki Wahid sebagai perwakilan Konsorsium.
Kemala merupakan konsorsium yang dipimpin oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Masyarakat Nahdlatul ‘Ulama (Lakpesdam-PBNU) yang beranggotakan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM (PUSTEK UGM), Pusat Studi Energi UGM (PSE UGM), dan Center For Civic Engagement and Studies (CCES atau Pusat Kajian dan Penguatan Kewargaan).
Hibah PSDABM yang diterima Konsorsium Kemala bertajuk Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin melalui Usaha Hijau yang Didukung oleh Energi Terbarukan dengan nilai hibah sebesar Rp 16,7 Milyar yang berlokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi dan Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Hibah ini merupakan ikhtiar nyata NU dan UGM untuk memadukan kemampuan kedua lembaga besar ini: NU dan CCES dengan basis pengelolaan komunitas yang partisipatif dan advokasinya, serta UGM dengan kemampuan pengelolaan teknologi energi terbarukan dan pengembangan perekonomian kerakyatannya.
Energi terbarukan dalam hibah ini merupakan pembangkit listrik tenaga surya yang akan digunakan sebagai pemicu peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat dengan akses energi rendah emisi karbon, di antaranya melalui, 1) penerangan pada malam hari, 2) energi untuk mengelola komoditas perekonomian lokal (limbah pertanian, perkebunan, dan perikanan), serta 3) energi untuk penyediaan air bersih melalui pompa air bertenaga surya.
Implementasi energi terbarukan ditargetkan akan menumbuhkan lapangan pekerjaan (green jobs), peningkatan pengetahuan administrasi dan keuangan, peningkatan waktu belajar di malam hari, dan peningkatan kualitas kesehatan akibat ketersediaan air bersih. Beberapa green jobs yang ditargetkan muncul di antaranya adalah 1) pekerjaan lokal untuk mendukung masa hibah, 2) lembaga pengelola administrasi dan keuangan energi, 3) personel operasional dan pemeliharaan, dan 4) pengelolaan komoditas lokal beserta rantai produksi, distribusi, dan pemasarannya.
Sementara sebagai salah satu strategi peningkatan kapasitas, Konsorsium akan membentuk Sekolah Hijau yang terdiri dari 3 tahapan pembelajaran yaitu, pendidikan dasar (peningkatan wawasan dan karakter individu), pendidikan menengah (keterampilan dan penguatan kelembagaan), serta pendidikan lanjut (penguatan jaringan dan pemasaran). Peserta Sekolah Hijau nantinya adalah masyarakat desa berbagai lapisan dan profesi dengan afirmasi peserta dari penduduk miskin dan kelompok perempuan.
Lebih dari itu, Konsorsium Kemala juga akan melakukan usaha-usaha riil lain berkenaan dengan pengembangan komunitas, peningkatan kapasitas, pengelolaan pengetahuan, serta advokasi kepada para pemangku kepentingan, sebagai strategi untuk mencapai keberlanjutan sistem energi terbarukan hingga jauh setelah masa hibah berakhir. Hibah ini sendiri akan berakhir pada 31 Desember 2017.[:]
[:id]Kepulauan Karimunjawa yang secara administratif menjadi bagian dari Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah hingga tahun 2014 belum memiliki fasilitas pembangkit listrik dari PLN. Sebagian kebutuhan harian listrik Kepulauan Karimunjawa dipenuhi oleh PLTD yang berbahan bakar solar industri dan PLTS terpusat, di mana keduanya masih belum mampu memasok listrik secara menyeluruh, baik dari sisi jumlah kepala keluarga maupun durasi.
Pulau Nyamuk merupakan salah satu dari 27 pulau di gugusan Kepulauan Karimunjawa. Pulau Nyamuk terletak pada posisi 5°48’39” – 5°49’17” lintang selatan dan 110°10’44” – 110°11’50” bujur timur dan merupakan wilayah administrasi mandiri sebagai Desa Nyamuk.
Pada tahun 2012 Desa nyamuk memiliki penduduk sebanyak 574 jiwa yang terdiri dari 305 orang laki-laki dan 269 orang perempuan. Jumlah kepala keluarga di Desa Nyamuk mencapai 178 KK.
Masyarakat pulau Nyamuk segaian besar bermata pencaharian sebagai Nelayan. Selain dari hasil laut, sebagian masyarakat memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sana untuk mencari pendapatan. Hasil perikanan dan kelautan merupakan hasil utama perekonomian penduduk Pulau Nyamuk mengingat sebagian besar penduduk Pulau Nyamuk yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Alat yang digunakan antara lain pancing , jaring todak, jaring insang, dan bubu.
Alat utama transportasi warga di Pulau Nyamuk untuk menyeberang ke pulau lainnya serta untuk mencari ikan adalah perahu. Di Pulau Nyamuk terdapat kapal kecil dan kapal besar yang bersandar di Dermaga Pulau Nyamuk seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Dermaga pulau nyamuk memiliki aktifitas yang cukup padat setiap harinya, baik untuk aktifitas nelayan atau aktifitas transportasi antar pulau.
Nelayan pada umumnya memerlukan air bersih untuk dibawa ke tengah laut atau untuk mencuci perlengkapan, namun sampai saat ini dermaga Pulau Nyamuk belum tersedia air bersih sehingga nelayan harus membawa air bersih dari rumah. Sementara jarak sumur air bersih terdekat dengan dermaga sejauh 300 meter.
Potensi energi matahari yang cukup baik di Pulau Nyamuk Karimunjawa memungkinkan pemanfaatan panel surya untuk pengangkatan air. Untuk mengaplikasikan teknologi pompa air tenaga surya ini, PSE UGM mendapatkan dukungan dari LPPM melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat khususnya Pengembangan Program KKN PPM dengan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna. Sistem pompa air yang diterapkan menggunakan panel suya 600 Watt-peak dan poma sumbersible 3 phase 200 Watt. Sistem ini mampu mengangkat air sampai dengan 7 m3 per hari yang dapat mensuplai kebutuhan air bersih untuk nelayan.