Kerja sama Pusat Studi Energi (PSE) UGM dengan Departemen Luar Negeri RI Bidang Ketahanan Energi (Energy Security) menjadi salah satu isu penting di Asia Pasifik. Isu tersebut sangat dinamis ditandai dengan tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Dengan tingginya pertumbuhan itu, Asia Pasifik tampaknya sangat bergantung pada pasokan energi, terutama minyak dan gas. Ketergantungan diduga akan terus berlanjut seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
News
YOGYAKARTA-Pengembangan energi surya di Indonesia masih terbuka. Namun sayang, pemerintah seakan-akan tidak memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan potensi energi tenaga surya khususnya menjadi energi listrik. Padahal, jika dikembangkan secara optimal, energi surya dapat menjadi salah satu solusi atas berkurangnya pasokan energi listrik PLN. “Yang cukup terbuka dikembangkan adalah pengembangan energi surya. Sayangnya, pemerintah terlihat belum kuat keinginannya untuk mengembangkan,” tutur peneliti yang juga Wakil Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Dr. Sudihartono, Kamis (1/7).
Liputan Berita Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (PSE UGM) bekerjasama dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DP2M DIKTI), Kementerian Pendidikan Nasional RI melalui program Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional melakukan riset pengembangan teknologi untuk memproduksi bioetanol dan bioalkohol dari gas karbon dioksida (CO2). Kerjasama penelitian bersifat multi tahun, dimulai pada tanggal 15 Juli 2010 dan akan berakhir pada tanggal 30 November 2011. Prof. Drs. Jumina, Ph.D., Kepala PSE UGM, mengatakan riset ini ditujukan untuk mengembangkan teknologi yang efisien guna mengkonversi karbon dioksida menjadi metanol, etanol, isopropanol, dan t-butanol juga dikenal sebagai bioalkohol generasi ke-2.