Pada tanggal 16-17 Juli 2024, PSE hadir dalam Policy Stakeholders Dialogue Indonesia’s water-Energy-Food Security Nexus Framework. Acara ini dinisiasi oleh UNDP, UK-FCDO dengan Bappenas. Acara pada hari pertama dibuka oleh Bapak Norimasa Shimomura sebagai perwakilan dari UNDP Indonesia Resident Representative, Ibu Felicity Le Quesne, Team Lead of Low Carbon Policy and Finance (Indonesia), British Embassy, dan Ibu Dr. Vivi Yulaswati, M.Sc. selaku Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Bappenas RI.
Presentasi hari pertama dilakukan oleh Dr. Aries Purwanto, selaku UNDP Policy Consultant. Beliau memaparkan tentang konsep water-energy-food (WEF) nexus serta keterkaitannya dengan ekosistem yang perlu dijaga. Dr. Aries menjelaskan pula bahwa Indonesia memiliki 416 kabupaten, 98 kota, 38 provinsi yang mana perlu perencanaan lokal yang komprehensif. Pemerintah Daerah perlu membuat perencanaan dengan mempertimbangan local production system, industrialization dan carrying capacity. Presentasi kedua dilakukan oleh Janez Susnik, Ph.D., UNDP Senior Policy Advisor dari Delft University. Contoh-contoh system thinking pada WEF Nexus dipaparkan dengan sangat menarik. Contoh implementasi juga diberikan untuk memberikan gambaran kepada para peserta.
Di hari kedua, Prof. Sarjiya, Ph.D., kepala PSE UGM mempresentasikan tentang teknologi untuk mendukung WEF Nexus di Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya ada banyak pilihan teknologi yang spesifik pada permasalahan yang ada. Maka, yang perlu dilakukan pertama adalah identifikasi masalah untuk selanjutnya teknologi menyesuaikan pada nilai ekonomi/finansial dan regulasi. Salah satu hal yang menjadi tantangan dalam implementasi teknologi yang perlu diperhatikan juga adalah faktor sosial masyarakat. Hal ini akan berpengaruh signifikan pada keberlanjutan teknologi akan telah dibangun.
Presentasi terakhir dari Ibu Beria Leimona, Senior Scientist Landscape Governance and Investment at World Agroforestry Centre (cifor-icraf). Beliau menjelaskan tentang integrated landscape, innovative financing and business model dengan studi kasus di Indonesia. Ibu Lei menjelaskan bahwa ada banyak pilihan untuk financing, namun diperlukan ekosistem yang mendikung untuk dapat mengakses pendanaan tersebut. Jenis pendanaan pun bermacam-macam, mulai dari ultra micro hingga pembiayaan besar. Masyarakat perlu memahami hal-hal yang disyaratkan untuk bisa mengakses dana tersebut. Untuk itu, meskipun berbagai capacity building telah dilakukan, namun dirasa masih perlu terus dilakukan agar masyarakat lebih paham dan bisa melakukan aksi untuk mengakses pendanaan di bidang WEF nexus.