![](https://pse.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/36/Picture15-825x464.png)
Jakarta, 24 Januari 2025 – Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) turut hadir dalam Temu Mitra ViriyaENB yang diselenggarakan di kantor ViriyaENB. Kehadiran PSE UGM dalam acara ini menjadi bagian dari upaya kolaboratif dalam mempercepat dekarbonisasi di sektor industri, sekaligus membangun strategi bersama dalam pengurangan emisi karbon di Indonesia.
ViriyaENB dalam pertemuan ini menekankan fokusnya pada dekarbonisasi sektor industri, mengidentifikasi sejumlah tantangan utama, seperti kurangnya koordinasi antar mitra yang bergerak di bidangnya masing-masing, keterbatasan perspektif dalam sektor perindustrian terhadap mitigasi perubahan iklim, serta pentingnya dorongan ambisi dekarbonisasi di tingkat kementerian. Salah satu capaian besar yang telah dicapai adalah penguatan komitmen Menteri Perindustrian dalam menetapkan target emisi nol bersih di sektor industri pada tahun 2050, sebagaimana diumumkan dalam Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) pada September 2024.
Dalam forum ini, Kepala Pusat Industri Hijau (PIH), Pak Apit, menitipkan beberapa poin penting untuk didiskusikan bersama mitra, di antaranya perlunya pendekatan dekarbonisasi yang lebih luas tidak hanya di sektor energi tetapi juga sektor lainnya, pengembangan metodologi energy intensity dan carbon intensity yang dapat digunakan sebagai acuan benchmarking industri Indonesia dengan negara lain, serta percepatan penyusunan Standar Industri Hijau (SIH), yang hingga kini baru mencakup 50 dari 500 sektor yang ditargetkan. Selain itu, ViriyaENB juga menyoroti perlunya platform khusus seperti GISCO (Green Industry Service Company) sebagai wadah bagi industri hijau untuk berkolaborasi dalam pembiayaan dan inovasi.
Dalam sesi diskusi, berbagai mitra, termasuk WRI, IESR, dan Climateworks Center, memaparkan berbagai inisiatif yang telah dijalankan untuk mendukung dekarbonisasi industri. WRI menjelaskan tentang penyusunan Industrial Decarbonization Roadmap yang telah dikembangkan bersama Kementerian Perindustrian selama setahun terakhir. Roadmap ini bertujuan untuk memberikan panduan kepada industri dalam memahami relevansi dekarbonisasi dan dampaknya terhadap target nasional. Selain itu, regulasi terkait pengurangan emisi industri juga tengah dirancang untuk mewajibkan perusahaan melakukan dekarbonisasi jika emisinya melebihi ambang batas yang akan ditetapkan oleh Kemenperin.
Sementara itu, IESR menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengumpulan data emisi industri serta pembuatan platform untuk memudahkan pelaporan data industri secara sederhana. Mereka juga tengah mengembangkan Indonesia Industrial Decarbonization Outlook dan forum high-level terkait industri berkelanjutan untuk mendukung upaya transisi industri menuju nol emisi karbon.
![](https://pse.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/36/Picture10-1024x576.png)
Climateworks Center, yang turut berkontribusi dalam pengembangan konsep Net Zero Industrial Precincts (NZIP), memaparkan bahwa identifikasi kawasan industri berpotensi tinggi untuk dekarbonisasi telah dilakukan sejak 2021. Dari kajian yang dilakukan, ditemukan 10 kawasan industri potensial yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Ke depan, proyek NZIP ini akan diperdalam melalui uji coba di lima kawasan utama yang telah terpilih berdasarkan kriteria energi, teknologi, potensi ekspor, dan kesiapan dekarbonisasi.
PSE UGM juga menyampaikan pandangannya dalam diskusi ini, menegaskan perlunya strategi yang berbasis data untuk menentukan sektor prioritas dalam penerapan hidrogen hijau sebagai bagian dari transisi energi. Selain itu, PSE UGM menyoroti pentingnya sertifikasi independen dalam mengakreditasi penggunaan energi bersih oleh industri, agar industri yang telah berinvestasi dalam dekarbonisasi dapat memperoleh pengakuan dan manfaat ekonomi yang lebih jelas.
Acara ditutup dengan diskusi mengenai langkah-langkah yang perlu diambil ke depan, termasuk peningkatan sinergi antar mitra, percepatan penyusunan kebijakan dekarbonisasi, serta pemetaan industri yang siap bertransformasi menuju keberlanjutan. Temu Mitra ViriyaENB ini menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen kolektif dalam mendorong transisi industri yang lebih hijau dan berkelanjutan di Indonesia.