Prof. Ir. Sarjiya, MT., Ph.D, IPU menjadi salah satu pembicara dalam acara International Conference on Nuclear Science Technology and Applications (ICONSTA) 2024 yang diselenggarakan pada tanggal 13-14 November 2024. Konferensi ini bertemakan “Opportunities and Challenges of Nuclear Science and Technology for A Better Future”. Konferensi ini menjadi platform bagi berbagai pemangku kepentingan, organisasi untuk mendiskusikan situasi saat ini, tantangan, dan kemajuan yang berkaitan dengan ilmu nuklir, teknologi dan aplikasinya.
Prof. Sarjiya mengatakan bahwa saat ini pemerintah kian serius dalam menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Nuklir sendiri tergolong bagian dari energi baru dan terbarukan dalam upaya mencapai target nol emisi bersih pada tahun 2060. Nuklir adalah energi sumber terbersih lantaran sedikit menghasilkan gas rumah kaca. Emisi CO2 yang dihasilkan yaitu 6 ton CO2 per GWh.
Namun dalam pembangunan PLTN di Indonesia terdapat beberapa tantangan yaitu masalah keamanan dan keselamatan, pengelolaan limbah serta regulasi. Keamanan menjadi tantangan yang serius dalam pembangunan PLTN. PLTN memiliki resiko yang tinggi terhadap kecelakaan dan bencana alam. Oleh karena itu, pemerintah harus menjamin bahwa standar keamanan dan keselamatan yang ketat diterapkan dalam setiap tahap pembangunan dan operasinya. Reaktor nuklir Gene IV memiliki beberapa keuntungan dengan generasi sebelumnya, yaitu sistem keselamatan aktif dan pasif yang efektif untuk mencegah kecelakaan nuklir, penghentian reaktor secara otomatis, pendingin alternatif, siklus bahan bakar tertutup, serta hasil energi yang 100-300 kali besar dari jumlah bahan bakar nuklir yang sama.
Selain itu, pengelolaan limbah juga menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan PLTN. Limbah radioaktif yang dihasilkan oleh PLTN harus dikelola dengan baik untuk mencegah dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pemerintah harus memastikan bahwa ada fasilitas pengelolaan limbah radioaktif yang aman dan efektif, serta kebijakan yang jelas mengenai pembuangan limbah radioaktif. Sebagai contoh di Finlandia menyimpan limbah bahan bakar nuklir sekitar 450 meter di bawah tanah dan dapat menyimpan limbah radioaktif tinggi selama 100.000 tahun. Ini adalah tempat penyimpanan limbah bahan bakar nuklir pertama di dunia.