Pusat Studi Energi (PSE) dan Pusat Studi Teknologi Kelautan (PUSTEK) dalam delegasi UGM diterima Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti tanggal 11 November 2014. Dalam pertemuan tersebut disinggung antara lain pentingnya pengembangan energi lokal dan bersih untuk pembangunan berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan, termasuk di dalamnya pembangunan pulau-pulau.
2014
Yogyakarta, 19 Septermber 2014. Pihak SMA 3 Yogyakarta beserta PT. PLN dan PT. Pertamina melaksanakan peresmian bantuan unit PLTS untuk laboratorium dan gazeebo energi. Bantuan terdiri dari 2 unit PLTS 500 Wp masing masing untuk laboratorium Fisika dan laboratorium Biologi , serta 2 unit gazeebo energi yang dilengkapi dengan modul charging handphone yang berfungsi sebagai tempat diskusi siswa. Bantuan tersebut berasal dari PT. PLN dan PT. Pertamina. Dalam melaksanakan pekerjaan instalasi PLTS, SMA 3 Yogyakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Energi (PSE). PSE bertugas merancang dan mengimplentasikan PLTS untuk pendidikan yang mana desain pengaturan energi bersifat custom karena PLTS digunakan pula untuk mensuplai kebutuhan energi alat alat paktikum khususnya di laboratorium Fisika.
PLTS untuk pendidikan ini berfungsi sebagai media edukasi kepada siswa mengenai sumber energi terbarukan yang mampu mensuplai kebutuhan listrik khusus laboratorium. Kedepanya diharapakan banyak instansi pendidikan yang dapat memberikan contoh instalasi perangkat sumber energi terbarukan kepada siswa didiknya sehingga merangsang siswa untuk lebih semanagt mempelajari tentang sumber energi yang ramah lingkungan.
Kamis , 3 Juli 2014 menjadi hari yang membahagiaan bagi UGM, pada hari tersebut PSE-UGM meluncurkan Buku Putih Energi Nasional dengan topik “Langkah Percepatan Menuju Indonesia Madiri Energi”.
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari beberapa instansi pemerintah yang bekecipung dalamriset serta tata kelola energi, civitas akademika serta perwakilan kedua tim sukses capres periode 2014. Buku putih ini merupakan ringkasan dari kajian menyeluruh mengenai kedaulan energi ditinjau dari ketersediaan energi nasional, penyusunan skenario bauran energi, aspek pembiayaan dan potensi penggunaan energi baru dan terbarukan.
Penyerahan buku, khususnya kepada tim sukses Capres 2014 merupakan upaya yang dilakukan oleh PSE-UGM untuk memberikan masukan gagasan ide mengenai percepatan kemandirian energi bangsa sebagai bahan pertimbangan kepada Presiden terpilih nantinya dalam menentukan kebijakan terkait energi.
Jumat, 24 Juni 2014 telah dilaksanakan rapat kerjasama antara PSE UGM dan Balitbang ESDM. Pada agenda ini hadir Kepala Balitbang ESDM dan jajarannya. Termasuk di dalamnya adalah tim dari Tekmira ESDM, Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian, serta Jajaran pengurus dan peneliti PSE UGM. Pembicaraan difokuskan untuk menindaklanjuti kerjasama pengembangan gasifikasi batubara utk industri kecil menengah. Pertemuan juga membicarakan kerjasama di berbagai program energi lainnya.
Salah satu program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh PSE adalah membatu pengelola dalam perbaikan dan perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberlanjutan PLTS agar mampu memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan energi. Kendala yang sering dihadapi oleh pengelola PLTS pada umunya berupa peramasalahan teknis pada battery charge controller (bcr) dan inverter, permasalahan dapat berupa pengoperasian ataupun perbaikan bcr dan inverter yang rusak.
Kegiatan yang telah dilakukan oleh PSE yaitu pendampingan teknis untuk pengelola PLTS terpusat di Serut, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. PLTS ini merupakan bantuan dari kementrian ESDM yang telah dipasang sejak tahun 2012. Panel surya yang terpasang mempunyai kapasitas 15 kilo-watt peak yang mampu menghasilakn daya nominal 60kwh/hari pada hari yang cerah. Sistem ini melayani 66 pelanggan/ sambungan rumah tangga yang mana sebagian besar energi yang telah dijatahkan yaitu sebear 260watt-jam / hari/keluarga digunakan untuk penerangan.
Senin, 19 Mei 2014 telah dilaksanakan rapat koordinasi Pusat Studi – Pusat Studi yang diwakili oleh masing-masing kepala Pusat Studi. Pertemuan kali ini dilaksanakan di Pusat Studi Energi UGM dengan agenda utama membahas tentang tata kelola dan usulan perubahan aturan tentang Pusat Studi dalam Anggaran Rumah Tangga UGM.Usulan perubahan yang dimaksut adalah perubahan beberapa klausul yang sudah ada diganti dengan klausul yang sesuai dengan dinamika perkembangan dan kegiatan di Pusat Studi.
Pada tanggal 23 April 2014, telah disepakati kerjasama dalam pemanfaatan energi terbarukan khususnya listrik surya untuk Karimunjawa antara PSE dengan USAID. Kerjasama ini meliputi bidang teknis yaitu instalasi Solar Home System(SHS) 500Wp sebanyak 8 lokasi dan Solar Water Pumping System (SWPS) sebanyak 4 lokasi. Lokasi pemasangan tersebar di daerah Karimunjawa termasuk pulau tetangga yaitu pulau Genteng dan pulau Nyamuk yang ditujukan untuk fasilitas umum. Selain kerjasama teknis, juga dilakukan kegiatan penguatan ekonomi penduduk terutama UKM yang berada di wilayah Karimunjawa berbasis Gender. Kegiatan ini diharapkan mamapu memberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Karimunjawa terutama bidang penyediaan energi dan penguatan ekonomi rakyat berbasis gender.
Dalam rangka kerjasama antara PSE UGM dengan PT. PERTAMINA UTC (Upstream Technology Center), pada tanggal 4 April 2014 telah dilakukan penandatangan kerjasama antara PSE dan PT Pertamina UTC di University Center (UC) UGM. Acara ini dihadiri oleh Wakil Rektor bidang PPM, Kepala PSE, Tenaga Ahli, Vice President PT. Pertamina UTC, dan Chief of Data & Geomatics PT. Pertamina. Kerjasama ini dilaksanakan dalam bentuk jasa konsultasi tenaga ahli bidang migas dan panas bumi di lingkunagn Pertamina Hulu “On Call Basis” yang
juga meliputi kerjasama penelitian serta penyerahan bantuan alat-alat penelitian dari UTC ke UGM.
Rabu, tanggal 19 Maret 2014 , PSE bekerjasama dengan ESDM menyelenggarakan Simposium Internasional “Fukushima Nuclear Accident”.Acara ini dihadiri oleh pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang Nuklir antara lain, ESDM, Bapeten, Batan, Badan Energi Atom Internasional, dan Peneliti serta mahasiswa dari UGM. Dalam simposium ini dibahas mengenai penanganan dan operasi terkait kecelakaan reaktor nuklir di Fukushima karena gempa dan tsunami. Melalui acara International Symposium on Fukushima Nuclear Accident diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang keselamatan pada reactor nuklir (nulear safety) serta lebih khusus mengenai rekonstruksi pasca kecelakaan di reaktor Fukushima.
Penggunaan nuklir sebagai sumber pasokan energi telah banyak diaplikasikan di negara-negara maju. Tercatat negara-negara seperti Prancis, Jepang dan Amerika telah mampu memanfaatkan energi ini untuk kebutuhan listrik nasional mereka dengan proporsi masing-masing sebesar 77,68 persen, 27 persen dan 19,86 persen.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak saat ini masih bergantung dengan penggunaan energi fosil sebagai pemasok utama energi nasional. Bahkan setiap tahunnya kebutuhan energi nasional meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.
Menurut Dr. Deendarlianto, Kepala Pusat Studi Energi UGM, permasalahan kapasitas produksi energi yang menurun dan emisi pemanasan global menjadikan Indonesia berada di posisi defisit energi dan membutuhkan energi non-fosil. Prediksi Fakultas Teknik UGM bersama Toyota dalam penelitian tahun 2012 menyebutkan, meski semua sumber energi dikumpulkan, semua sumber energi di Indonesia pada tahun 2030 tetap tidak mampu mencukupi kebutuhan energi nasional.
“Dalam UU Energi terbaru disebutkan besarnya porsi energi terbarukan pada tahun 2025 mencapai 25 persen. Bahkan detail UU tersebut menyebut porsi nuklir sebesar 5 persen. Itu artinya meski sebagai last option Indonesia mestinya memiliki rencana untuk itu,” ujar Deendarlianto, di UC UGM, Rabu (19/3) terkait penyelenggaraan “Seminar on Understanding the Fukushima Nuclear Accident & Its Recovery Efforts”.
Karena sudah ada perintah undang-undang, sambung Deendarlianto, energi nuklir sebagai alternatif harus tetap dilakukan. Pemerintah melalui BATAN, akademisi, dan masyarakat sudah saatnya mulai berpikir tentang teknologi nuklir dan pengembangan nuklir untuk listrik dan sebagainya.
Deendarlianto mengakui meskipun energi nuklir telah memenuhi aspek ekonomis dan emisi, namun masih rendahnya aspek penerimaan masyarakat menjadikan proyek ini terhambat. Hal ini disebabkan masih minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah mengenai manfaat, risiko, serta penanganan bahaya PLTN. Apalagi masyarakat selama ini cenderung hanya mengetahui kecelakaan reaktor yang terjadi di masa lalu. Sejarah mencatat setidaknya ada tiga kecelakaan reaktor, yakni di Three Mile Island (1979), Chernobyl (1986) dan yang terbaru di Fukushima (2011).
“Hal ini tentu telah menimbulkan pro dan kontra tentang kelayakan atau keamanan penggunaan PLTN di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Melalui seminar ini kita bisa belajar secara langsung dari pakar-pakar di Jepang terkait penanganan reaktor Fukushima di tahun 2011, seperti Takehiko Mukaiyama, Akimasa Ono, Yoshimitsu Fukushima, Akira Kaneuji, Tadashi Inoue dan Kazuko Uno,” papar Deen.
Prof. Dr. Tumiran menambahkan kebutuhan tenaga nuklir di Indonesia cukup penting apalagi jika melihat tingkat kebutuhan listrik nasional yang terus bertambah. Kebutuhan listrik Indonesia selama ini sebesar 14,5 giga untuk 240 juta penduduk. Sementara itu, Malaysia dengan jumlah penduduk 29,5 juta listriknya mencapai 28 giga, sedangkan Jepang dengan 105 juta penduduk memiliki pembangkit listrik 240,5 giga. “Kita tidak ada apa-apanya, tetap tidak cukup jika kita hanya mengandalkan dari energi batubara, minyak dan gas maupun geothermal,” kata Tumiran.
Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng mengungkapkan Indonesia yang memiliki keinginan menuju sumber daya berteknologi tinggi memiliki kelemahan dalam kepemilikan energi dan infrastruktur. Infrastruktur dapat dipenuhi melalui koridor-koridor ekonomi, sementara bidang energi bisa dibangun melalui teknologi. “Banyak industri dibangun di tanah air tanpa diimbangi energi untuk menjalankan tentu sangat mustahil,” tuturnya. (Sumber : Humas UGM/Agung)