Jakarta – Dalam sebuah seminar yang diadakan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Prof. Sarjiya memaparkan pentingnya percepatan bauran energi untuk mencapai target pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Pemerintah menargetkan bauran energi Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dan meningkat menjadi 31% pada tahun 2050. Namun, pada tahun 2021, pencapaian bauran energi baru mencapai 11,5%.
Salah satu solusi percepatan bauran energi adalah dengan memanfaatkan bio fuel, khususnya A20, sebagai alternatif bahan bakar untuk transportasi. Transformasi menuju kendaraan listrik memang menjadi harapan, namun masih banyak kendala yang perlu diatasi.
Pengembangan A20 dianggap sebagai solusi jangka menengah. A20 merupakan campuran bahan bakar yang terdiri dari alkohol seperti metanol dan etanol dengan bensin. Campuran ini dapat meningkatkan kualitas bensin dan mengurangi kandungan sulfur yang berpotensi menimbulkan polusi udara.
Sementara itu, Prof. Bambang Riyanto menyoroti kebutuhan BBM Indonesia yang mencapai 1,4 juta barel per hari, dengan produksi domestik hanya sekitar 700.000 barel per hari. Dia juga menekankan potensi besar penggunaan bahan bakar untuk kendaraan roda empat, yang mencapai 40% dari total penggunaan minyak.
Ardyanto Fitrady, Ph.D., menekankan beberapa dampak positif dari pengembangan bio refinery, seperti penciptaan investasi baru di kawasan industri Bojonegoro memiliki dampak positif terhadap lingkungan dengan teknologi CCUS yang dapat menyerap ton CO2 setiap tahunnya.
Dari perwakilan bio energi ESDM, disampaikan bahwa target realisasi bauran energi 2025 sebesar 23% saat ini masih berada pada angka 13,8%. Ada usulan bahwa dengan tambahan 5% bioethanol, pertalite dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi pertamax.
Sementara itu, perwakilan BKPM mengarahkan studi bersama yang akan dilakukan dalam waktu 1,5 bulan untuk menggali lebih dalam terkait kebutuhan bidang usaha A20. Ada kebutuhan diskusi lebih lanjut antara LEMIGAS, BKPM, ESDM, dan SKK Migas terkait supply gas dari Pertamina.
Perwakilan Research and Innovation Pertamina telah melakukan uji jalan untuk bahan bakar baru ini. Mereka berharap bahan bakar baru ini tidak akan mempengaruhi mesin kendaraan.
Kementerian Sekretariat Negara RI menekankan pentingnya kajian dan diskusi antar stakeholder terkait transisi menuju EBT. Sedangkan perwakilan SKK Migas berharap mendapatkan gambaran lebih detail terkait komposisi dan kapasitas plant.
Perwakilan BPI menekankan bahwa A20 dengan komposisi 15% Methanol dan 5% ethanol memiliki potensi ekonomi yang baik. Mereka berharap studi lebih lanjut dilakukan secara serentak oleh BPI dan Pertamina.
Dengan berbagai masukan dan diskusi yang telah dilakukan, diharapkan pengembangan bahan bakar A20 dapat menjadi solusi jangka menengah dalam upaya pencapaian target bauran energi pemerintah.