Pusat Studi Energi (PSE) UGM berkolaborasi dengan beberapa universitas dalam dan luar negeri pada proyek Net Zero Carbon Communities (NZCC). Proyek ini melibatkan sejumlah peneliti dari berbagai institusi antara lain : Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Pennsylvania State University, University of Colorado – Boulder, dan Pemerintah Kota Makassar. Rangkaian proyek ini didanai oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, U.S. National Science Foundation (NSF) dan Pemerintah Kota Makassar bekerjasama dengan Pennsylvania State University dan University of Colorado – Boulder.
Sebagian besar negara ASEAN mengalami gelombang panas dengan suhu mencapai 40 derajat celcius pada beberapa minggu terakhir. Dampaknya, telah terjadi penurunan produktifitas masyarakat hingga yang terburuk mengakibatkan kematian.
Menurut BMKG, Indonesia tidak termasuk dalam negara yang mengalami gelombang panas. Namun kenaikan suhu lingkungan tidak dapat dihindari sebagai akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh semakin tingginya emisi karbon di bumi.
Untuk itu, Pusat Studi Energi UGM bermaksud mengadakan Kuliah Publik yang membahas tentang tata perkotaan rendah emisi. Acara ini menghadirkan Wali Kota Makassar serta para peneliti dari UGM dan ITB yang telah berpengalaman di bidangnya. Acara akan dibuka langsung oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D.
Pada Tanggal 23 April 2024, Pusat Studi Energi UGM menerima kunjungan dari Maryati Abdullah, Gloria Kezia Loupatty dan Lilik Mardianti dari Ford Foundation serta Justine Sylvester dan Muhammad Zeki dari Climateworks Foundation dalam rangka bertukar pikiran serta diskusi topik-topik spesifik mengenai Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan tujuan mempercepat adopsi sumber energi terbarukan tanpa melupakan peranan penting dari masyarakat lokal.
Di pertemuan ini, dibahas juga program-program yang pernah dilakukan oleh PSE UGM di daerah-daerah yang masih kesulitan dalam pemenuhan energi, air bersih serta mengangkat isu kesetaraan gender dalam proses transisi energi di Indonesia. Selain itu, penguatan peranan pemerintah daerah dalam pemanfaatan potensi sumber energi terbarukan dapat menambah kesadaran masyarakat lokal terkait transisi energi dan efeknya terhadap ekonomi dan komunitas sekitar. Pak Derajad S. Widhyharto juga menambahkan bahwa salah satu hal yang paling penting dalam upaya transisi ini adalah bagaimana mengubah masyarakat lokal yang tidak hanya sebagai obyek melainkan menjadi subyek dalam transisi energi ini.
Pada tanggal 27 Maret 2024, PSE UGM mengunjungi Direktorat Jenderal EBTKE ESDM. Prof Sarjiya menyampaikan selamat kepada Prof Eniya atas jabatan baru terkait dengan Dirjen EBTKE serta menyampaikan juga bahwa PSE UGM melakukan beberapa kerjasama dengan Direktorat EBTKE ESDM terkait kajian hydrogen yang menjadi topik menarik di PSE UGM.
Pak Arfie menyampaikan beberapa kajian terkait dengan hydrogen, dari mulai potensi aplikasi pemanfaatan hydrogen, kemudian skema supply chain mana yang paling tepat. Mengingat harga distribusi hydrogen masih menjadi perhatian sehingga memunculkan skema transmisi listrik hijau menjadi sumber supply energy hydrogen.
Yogyakarta | Pusat Studi Energi (PSE) UGM bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang didukung oleh Ford Foundation dalam melaksanakan kegiatan Diseminasi untuk Kebijakan oleh Pemerintah dalam Rangka Peningkatan Pengembangan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah berbasis Transisi Energi Berkeadilan. Kegiatan FGD ini dihelat di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta yang dilaksanakan selama 1 (satu) hari penuh pada tanggal 29 Februari 2024. Peserta dari kegiatan Diseminasi ini, diantaranya OPD Provinsi Jawa Barat, OPD Provinsi DIY, OPD Kabupaten Sukabumi dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Pada tanggal 19-23 Februari 2024, Prof. Sarjiya, Prof. Deendarlianto dan rekan-rekan dari Pusat Studi Energi UGM mengunjungi Belanda dan Jerman untuk berkolaborasi riset multidisiplin terkait pengembangan infrastruktur berbasis hydrogen.
Pusat Studi Energi UGM mengunjungi beberapa universitas: TU/e, University of Groningen, TU Delft, dan RWTH Aachen. Selain itu, PSE UGM juga mengunjungi beberapa perusahaan seperti Gasunie dan Resato Hydrogen Technology. Dalam kunjungan tersebut, PSE UGM mendapat pengenalan tentang EIRES, bertemu dengan Thijs de Groot dan melihat pengaturan hydrogen, mendiskusikan aliran multifase dan penelitian bahan bakar logam dengan Niels Deen dan Philip de Goey serta bertemu dengan Lin-lin Chen, Direktur Hubungan Ilmiah Internasional di TU/e.
Pendahuluan
Dalam upaya menanggulangi perubahan iklim, Indonesia telah meneguhkan komitmennya untuk melakukan transisi energi. Untuk mendukung langkah ini, melalui pertemuan G20, Indonesia berhasil mendapatkan komitmen dana sebesar 20 Miliar Dolar AS dari berbagai negara yang tergabung dalam Just Energy Transition Partnerships (JETP).
Salah satu hal yang membedakan JETP dibandingkan transisi energi pada umumnya adalah penekanannya pada konsep “just” atau keadilan. Just Energy Transition (JET) tidak hanya berfokus pada kecepatan transisi energi, tetapi juga pada bagaimana transisi tersebut dapat terwujud secara adil bagi semua pihak.
Dalam mewujudkan konsep JET, Sekretariat JETP telah membentuk Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP). Salah satu muatan penting dari dokumen CIPP ini adalah Framework/kerangka JET Indonesia, yang akan menjadi panduan utama dalam mengimplementasikan JETP.
Kerangka Just Energy Transition Indonesia dan Kelemahannya
Kerangka JET dalam CIPP memuat tiga lapisan:
Prof. Ir. Sarjiya, MT., Ph.D., IPU., menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengkol, Kulon Progo tahun 1987, lalu menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Brosot tahun 1990. Selanjutnya, pendidikan sekolah menengah diselesaikan di SMAN 1 Teladan Kota Yogyakarta tahun 1993 dan di tahun yang sama melanjutkan kuliah di S1 Teknik Elektro UGM.
Lalu pendidikan S2 dilanjutkan di Magister Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik. Pendidikan doktor diselesaikan di prodi Electrical Engineering, Chulalongkorn University, Thailand.
Dalam pidato pengukuhan yang berjudul Integrsi Variable Renewable Energy dalam Perencanaan dan Operasi Sistem Tenaga Listrik Menuju Transisi Energi Berkelanjutan, Prof. Ir. Sarjiya, MT., Ph.D., IPU., mengatakan untuk menuju transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia diperlukan dalam rangka pemanfataan secara optimal seluruh potensi energi baik terbarukan maupun non terbarukan.
Dengan karakterisitik intermitensinya, integrase potensi variable renewable energy ke dalam grid untuk memenuhi kebutuhan energi nasional menghadapi banyak tantangan. Oleh kerena itu diperlukan inovasi dalam perencanaan dan operasi sistem tenaga untuk memastikan layanan energi listrik yang handal, aman, berkualitas dapat diberikan kepada konsumen dengan biaya penyediaan yang ekonomis.
Semakin lama, kehidupan manusia mengarah ke hal yang lebih kompleks. Sejalan dengan itu, persentase penumpukan sampah terus bertambah setiap harinya. Kenaikan jumlah sampah disebabkan karena populasi manusia yang terus bertambah.
Pada tahun 2022, rata-rata banyak sampah yang dihasilkan per orang di Indonesia adalah 0,7 kg/hari dengan total per harinya mencapai 85000 ton, dan diperkirakan akan mencapai 150000 ton/hari pada tahun 2025.
Berdasarkan jurnal (Rawlins et al., 2014), Indonesia menghasilkan 64 Mt (megaton) sampah padat setiap tahunnya. Lebih dari dua per tiga dari jumlah tersebut dikirimkan ke 380an tempat pembuangan akhir di Indonesia, beberapa dari TPA tersebut hampir melebihi kapasitasnya.
Just transition yang dimaksud adalah adanya keseimbangan dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Transisi yang disertai pembukaan lapangan pekerjaan yang inklusif, mendukung konservasi lingkungan dan keadilan dalam akses energi. Pilar utama dalam Just transition adalah tidak meninggalkan siapapun di belakang dalam konteks inklusifitas dan aspek keberlanjutan dan serta kehandalan. Pilar ini didasarkan pada hak asasi manusia, kesetaraan dan pemberdayaan gender serta akuntibilitas. Pilar-pilar ini kemudian yang menyusun Kerangka Transisi berkeadilan (Just transition framework). Just transition framework secara komprehensif akan mengidentifikasi sejumlah bidang sosial ekonomi dan lingkungan yang terkena dampak investasi transisi energi. Berdasarkan praktik terbaik di tingkat internasional untuk mencegah timbulnya kesenjangan dan permasalahan sosial lainnya. Sehingga penting untuk menyiapkan instrumen pengukuran kebijakan sebagai mitigasi dan mengelola risiko. Demi menjalankan transisi energi yang adil bagi semua.
Workshop ini diselenggarakan selama 2 hari dengan menghadirkan beberapa narasumber dan trainer. Pembicara yang dihadirkan diantaranya adalah Bapak Ade Cahyat dari IKI JET, GIZ; Bapak Nizhar Marizi, ST, M.Si, Ph.D., Direktur Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan, Bappenas; Bapak Qatro Romandhi dari Kementerian ESDM, Bapak Wahyu Gatut dari Bappeda Kaltim; Ibu Vivi Alatas dari Pathfinders dan Denise Gareau dari Women and Gender Equity, Kanada.
Selain pemaparan materi oleh para pembicara juga ada workshop dan pelatihan mengenai 3 metode pengukuran kebijakan oleh para trainer. Metode tersebut adalah Distributional impact assessment, Intersectionality-based Policy Analysis (IBPA) dan Social dialogue. Metode-metode ini diterapkan untuk mengkaji apakah suatu kebijakan sudah mempertimbangkan aspek keberlanjutan, keadilan dan inklusif. Trainer didatangkan langsung dari Center on International Cooperation (Pathfinders initiative), New York University, Yaitu Dr. Roshni Menon dan Paula Sevilla.
Workshop ini ditutup oleh Direktur Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan, Bappenas, Bapak Nizhar Marizi, ST, M.Si, Ph.D. pada tanggal 3 November 2023.