ugm.ac.id – Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir mendukung komitmen UGM untuk melakukan hilirisasi produk-produk riset yang dihasilkan para penelitinya. Nasir berharap hasil-hasil riset di perguruan tinggi (PT) bisa memiliki nilai ekonomi dan bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu hasil riset peneliti UGM yang dikembangkan dan siap dihilirisasi adalah produk Biodisel B20 yang berasal dari microalga. Paparan mengenai produk tersebut dipresentasikan oleh Prof. Arief Budiman sebagai salah satu Staf ahli di Pusat Studi Energi UGM.
“Riset tidak cukup dengan publikasi tapi bisa dihilirkan ke masyarakat dan dunia usaha, ” papar Nasir saat audiensi dengan Rektor dan peneliti UGM di R. Multimedia, Selasa (24/3).
Hilirisasi produk riset PT menurut Nasir diharapkan dapat diimplementasikan di beberapa sektor unggulan, seperti energi, pangan, kesehatan, hankam, teknologi informasi, transportasi dan material. Maka, agar tidak terjadi tumpang tindih peran PT di sektor unggulan ini, Dewan Riset Nasional tengah melakukan pemetaan kolaborasi antara PT dan industri.
“Ini yang terus kita dorong di beberapa sektor unggulan tersebut,”urainya.
Nasir menilai hasil riset di PT sudah cukup banyak. Meskipun demikian, hasil riset tersebut tetap memperhitungkan sisi benefit (keuntungan). Di sisi lain, jangan sampai produk riset yang dihasilkan melimpah namun harga di pasaran terlalu tinggi sehingga menjadi tidak laku.
“Disini PT perlu membuat semacam holding untuk membantu hilirisasi produk risetnya,” kata Nasir.
Sementara itu Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc menegaskan komitmen UGM untuk menjadi socio-entrepreneur university. Menurut Dwikorita, UGM serius dalam membidik kebutuhan masyarakat dan industri dari hasil riset para peneliti UGM.
“Semoga saja technopark yang ada di Kulon Progo, Baron dan Getas (kerja sama dengan Perhutani) bisa terwujud,” kata Dwikorita.
Dwikorita menambahkan produk riset UGM sudah ada yang siap untuk dihilirisasi. Produk riset UGM sejauh ini ada yang masih berupa prototype, sudah diterapkan di dunia industri maupun sudah ada yang bisa diproduksi massal.
“Sebagian memang masih seperti tukang jahit yaitu tergantung pesanan dan belum diproduksi massal,” katanya.
Pada kesempatan itu Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi juga sempat meninjau beberapa hasil inovasi dosen dan mahasiswa UGM. Selain itu menteri juga mendengarkan paparan dari para peneliti UGM yang dipandu oleh Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr. Hargo Utomo, M,B.A.
Hargo Utomo berharap pemerintah memberikan pemandatan pengembangan Pusat Inovasi Sains dan Teknologi Bidang Biomedika (Alat dan Teknologi Kesehatan serta Obat-obatan), Bidang Energi, dan Bidang Manufaktur serta Bidang Pangan. Bidang-bidang tersebut perlu diintegrasikan dengan keseluruhan proses akademik (Tridharma) yang berjalan di UGM melalui Taman Industrial Pendidikan (Teaching Industrial Park) yang diintegrasikan dengan Teknopark yang digagas pemerintah, bekerjasama dengan pemerintah daerah.
“Hal ini akan menjadi cara bagi UGM untuk berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dan juga merupakan perwujudan implementasi socio entrepreurial university,” terang Hargo. (Sumber : ugm.ac.id Humas UGM/Satria, foto: Budi H)