• UGM
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Energi
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang PSE
    • Pengantar
    • Visi dan Misi
    • Kegiatan
    • Kerjasama
    • Personalia
  • Program Kerja
  • Jasa
    • Jasa Survei Geofisika untuk Eksplorasi Air Tanah
    • Jasa Survei Geofisika untuk Geoteknik
    • Jasa Audit Energi
  • PENELITIAN
  • Pelatihan
  • Kontak
  • Beranda
  • Penelitian
  • page. 3
Arsip:

Penelitian

Peluncuran Buku “Transisi Energi Berbasis Komunitas Di Kepulauan dan Wilayah Terpencil”

PenelitianRenewable EnergySosial Energy Monday, 25 November 2019

 

peluncuran buku

Universitas Gadjah Mada meluncurkan buku dengan judul “Transisi Energi Berbasis Komunitas Di Kepulauan dan Wilayah Terpencil” di Hotel Aryaduta, Jakarta pada tanggal 21 November 2019. Buku ini merupakan hasil pembelajaran dari kajian “Studi Sosial dan Teknik Mengenai Energi Terbarukan” di Nusa Penida (Bali), Semau (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Gorontalo (Gorontalo) selama satu tahun. Buku ini disusun oleh penulis dari empat Lembaga di UGM, yaitu Direktorat Penelitian Kepada Masyarakat (DPKM), Pusat Studi Energi (PSE). Sekolah Vokasi, dan Youth Studies Centre (YOUSURE) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol).

Acara peluncuran buku ini dibuka oleh Yani Witjaksono selaku Pengarah Nasional the Global Environment Facility (GEF) Small Grant Project (SGP). Kajian ini bergerak dari kerentanan warga di pulau – pulau kecil dan daerah terpencil di Indonesia, terutama dalam hal energi. Hal ini bertambah buruk dengan masifnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh karena itu, GEF SGP melalui kajian ini melakukan studi Sosial dan Teknik Mengenai Energi Terbarukan ini.

Acara peluncuran buku dihadiri juga oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D. drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D menyampaikan bahwa kajian ini merupakan bentuk nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi oleh Universitas Gadjah Mada, dimana penelitian juga menjadi bagian dari pengabdian masyarakat. Penelitian dan pengabdian masyarakat ini meneladani Prof Dr M Sardjito, rector pertama UGM yang baru saja dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 8 November 2019. UGM juga terus berusaha meningkatkan penelitian dan pengabdian masyarakat, baik melalui KKN, maupun melalui kajian seperti yang telah dilakukan oleh oleh tim Studi Sosial dan Teknik Mengenai Energi Terbarukan.

Keynote speech selanjutnya disampaikan oleh H. Charles Meikyansah, S.Sos, M.I.Kom, anggota Komisi VII DPR RI Bidang Energi, Sumber Daya Mineral, dan Lingkungan Hidup. Kehadiran H. Charles Meikyansyah mewakili Dr (H.C.) Rachmad Gobel, Wakil Ketua DPR RI yang berhalangan untuk datang. Melalui keynot speechnya, Rachmad Gobel menyampaikan apresiasi yang tinggi mengenai kajian yang dilakukan oleh tim UGM. Hal ini dikarenakan sistem energi terbarukan di Indonesia masih banyak menghadapi tantangan, baik dari segi teknis maupun sosial. “Saat ini bukan waktunya lagi berkampanye tentang pentingnya energi terbarukan, mengingat dampak-dampak energi fosil yang riil sudah berlangsung di berbagai penjuru nusantara dan telah dirasakan secara nyata (pemanasan global dan perubahan iklim). Yang diperlukan adalah langkah serius dan terukur, untuk memulai sebuah masa transisi menuju penggunaan energi yang lebih bersih dan lebih ramah lingkungan.”, ungkap H. Charles Meikyansah menyampaikan keynote dari Rachmad Gobel.

Acara kemudian dilanjutkan dengan talkshow dengan pembicara Yani Witjaksono selaku Pengarah Nasional the Global Environment Facility (GEF) Small Grant Project (SGP). Yani Witjaksono menyampaikan paparan dengan judul “Energi dan Komunitas”. Menyambung keynote speech yang disampaikan sebelumnya, Yani Witjaksono menggarisbawahi pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sistem energi terbarukan. Partisipasi aktif warga menjadi kunci keberlanjutan salah satu program biogas yang diinisiasi oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia. Melalui Staf Ahli Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bidang Hubungan Antar Lembaga Bapak Dr. Suprapedi, M.Eng.Sc mengungkapkan lebih dari 80% program biogas yang dicanangkan Kementerian Desa Pemabngan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi masih berkelanjutan karena adanya partisipasi warga. Bahkan kompor biogas yang digunakan sudah sering diganti dengan yang baru tetapi digester yang digunakan masih dengan sistem yang dibangun dari awal.

Rachmawan Budiarto, Dr., S.T., M.T., G.P. selaku Sekretaris Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) yang juga mewakili tim penulis menyampaikan pentingnya pendekatan transdisiplin dalam transisi energi. “Tidak mungkin ada satu disiplin ilmu pun yang sendirian bisa menjawab tantangan kompleks transisi energi”, ujar Rachmawan Budiarto, Dr., S.T., M.T., G.P. Transisi energi ini selaras dengan strategi pengembangan energi baru dan terbarukan dimana adanya target tinggi hingga 23% energi terbarukan dalam total suplai energi nasional pada tahun 2050.

Di sesi talkshow kedua, tim Lapangan UGM mempresentasikan “Lesson Learned
Energi Terbarukan di Kepulauan dan Kawasan Terpencil”. Pada sesi ini, tim bercerita mengenai corak unik masing – masing lokasi dalam segi kebutuhan energi dan segi sosial kelembagaan. “Terkadang studi sosial ini harus masuk terlebih dahulu untuk mengurangi adanya konflik, sebelum studi Teknik dilakukan”, ujar Irawan Eko Prabowo, S.T., M.T., mewakili tim lapangan UGM.

Kajian ini juga terselenggara dengan adanya kolaborasi dari Non-Government Organization (NGO) Lokal, yaitu Yayasan Wisnu (Bali), Perkumpulan Pikul (Nusa Tenggara Timur), Forum Kahedupa Toudani (Wakatobi), dan Jaringan Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (Gorontalo). Acara peluncuran buku ini juga dihadiri oleh Senior Program Manager UNDP Indonesia Anton Sri Probiyantono, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo, Pemerintah Daerah Kabupaten Boalemo, Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango, Kepala Bidang Makro Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Wakatobi, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Asean Centre for Energy (ACE), Institute for Essential Services Reform (IESR), The Purnomo Yusgiantoro Center, dan Konsorsium KEMALA.

KLIK DI SINI untuk mendapatkan e-book.

PLTS dan PLTB di Karangsong

NewsPenelitianRenewable Energy Wednesday, 29 August 2018

kincir1kincir2kincir4Silvofishery yang merupakan salah satu UMKM di kabupaten Indramayu. Dengan lokasi yang terletak di arboretum mangrove Karangsong, sumber listrik yang digunakan hanya berasal dari panel surya sehingga hanya mengandalkan intensitas cahaya matahari. Untuk mengefisienkan energi yang ada, penambahan instalasi turbin angin dapat menutup kebutuhan listrik pada saat panel surya tidak mendapat intensitas cahaya matahari yang cukup.

kincir3kincir5
Instalasi PLTB merupakan proyek kerja sama antara tim KKN-PPM UGM Indramayu 2018 dan CSR Pertamina RU-VI Balongan dalam rangka menguatkan dan mengingkatkan potensi UMKM silvofishery di wilayah arboretum Karangssong. Perancangan sistem dilakukan oleh tim KKN-PPM UGM Indramayu 2018 sedangkan pelaksana instalasi adalah Pusat Studi Energi (PSE) UGM. Selain melakukan instalasi PSE UGM juga melakukan pelatihan teknis instalasi dan perawatan PLTS dan PLTB pada penelola arboretum untuk meningkatkan keberlanjutan sistem.

PSE Kembangkan Riset Energi Terbarukan di Pacitan

Penelitian Monday, 2 March 2015

w2

IMG_0626Penelitian dan pemanfaatan teknologi energi terbarukan senantiasa berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan terhadap energi. Dengan keterbatasan sumber energi fosil memaksa pemerintah daerah untuk mencari peluang dalam memanfaatkan energi alternatif. Dalam kaitan masalah tersebut, pada tanggal 18 Februari 2014 Pemerintah Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur telah melakukan Focus Discussion Group (FGD) dengan beberapa peneliti dari Pusat Studi Energi.

Materi FGD difokuskan pada bentuk kerjasama dan jenis penelitian pemanfaatan teknologi energi terbarukan di Kabupaten Pacitan. Tukar pendapat dilakukan dengan penuh perhatian dan antusias mewarnai kegiatan FGD tersbut sehingga di rumuskan bebrapa point penting yang akan ditndak lanjuti. Salah satu agenda terdekat yang telah dilaksanakan adalah survai potensi energi terbarukan di Kabupaten Pacitan oleh bebrapa peneliti dari PSE UGM idamping oleh bebrapa SKPD dari Pemerintah Kbupaten.

Survai tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Februari 2015 .Survai tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan tentang topik riset bersama yang akan di lakukan oleh PSE dan Pemerintah Kabupaten Pacitan.

INSTALASI BIOFUEL DARI PLN

PenelitianUncategorized Wednesday, 11 January 2012

BANTUAN INSTALASI BIOFUEL DARI PT.PLN UNTUK PSE UGM

 

Karna Wijaya

Manajer Biofuel dan Hidrogen

Pusat Studi Energi UGM

E-mail: karna_ugm@yahoo.com,

karnagmu@gmail.com, karnawijaya@ugm.ac.id

 

Baru-baru ini PSE UGM mendapat bantuan instalasi biofuel dari PT PLN, berupa 1 set instalasi pengolah biodiesel, 1 set alat distilasi bioetanol dan 1 set alat pemurni biogas. Dengan bantuan ini diharapkan PSE UGM dapat lebih mengembangkan diri di bidang penelitian maupun pelatihan biofuel. Secara umum tujuan pengadaan ke tiga instalasi biofuel ini adalah untuk mempersiapkan PSE-UGM dengan berbagai fasilitas training dan workshop di bidang biofuel sehingga PSE nantinya mempu menyelenggarakan pelatihan biofuel secara mandiri dan berbobot, membangun networking antara PSE-UGM dan PT PLN serta stakeholder lainnya serta untuk memperkuat fungsi layanan PSE-UGM kepada masyarakat. Sasaran training dan workshop ini rencananya adalah individu minimal berpendidikan SMA atau SMK atau sederajat, para pelaku Usha Menengah Kecil dan Mikro  (UMKM) atau Industri Kecil dan Menengah (IKM), mahasiswa dan pelajar serta kalangan Industri dan masyarakat umum lainnya.

Semua alat pelatihan/instalasi biofuel bantuan dari PT.PLN ditempatkan di Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada dengan alamat Sekip Blok K-1A, Kampus UGM, Yogyakarta Tel/Fax   : 62-274-549429. PSE UGM juga menawarkan kepada masyarakat yang berminat melakukan penelitian biofuel atau mengembangkan usaha biofuel dapat menggunakan fasilitas tersebut dengan menghubungi alamat di atas.

A. INSTALASI BIOETANOL

Spesifikasi instalasi bioetanol sumbangan PT.PLN adalah sebagai berikut

Alat : 1 Unit BOILER kapasitas 30 liter beer fermentasi
Bahan : SS 304
Dimensi : dia. 40 cm  x tinggi  50 cm
Tebal : 1,2 mm
Burner : baja lunak
Kompor LPG : besi tuang
1 Unit KOLOM DESTILASI
Bahan : SS 304
Dimensi : dia. 4″  x tinggi  200 cm
1 Unit KONDENSOR
Bahan : SS 304
Dimensi : dia. 4″  x tinggi  120 cm
1 Unit Panel pengendali proses
Kapasitas 30 L per batch

Prinsip kerja instalasi bioetanol ini adalah sebagai berikut: Beer hasil fermentasi dimasukkan ke dalam tangki berkapapsitas 30 L, kemudian kompor gas dinyalakan. Beberapa saat kemudian kolom pendingin mulai menghangat. Setelah kolom distilasi bagian tengah menghangat sistem pompa dihidupkan untuk mengalirkan air pendingin ke kondensor dan kolom distilasi. Temperatur diset pada suhu sekitar 78oC.Jika etanol sudah mulai menetes kompor dikecilkan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat pendistilasi bioetanol telah berfungsi dengan baik untuk memisahkan bioetanol dari air dalam SATU KALI DISTILASI dengan KADAR BIOETANOL MENCAPAI 90-95% (90% up). Pengujian juga menunjukkan bahwa tidak diketemukan adanya malfungsi pada setiap komponen alat.

Spesifikasi alat pengolah biodiesel adalah sebagai berikut :

Unit : 1 UNIT REAKTOR ESTERIFIKASI  kapasitas 5 liter
1 UNIT REAKTOR TRANSESTERIFIKASI kapasitas 5 liter
KELENGKAPAN
1 Unit Pompa vakum          ½ pk
2 Unit pengaduk
1 panel control suhu  (200 oC),  pengaduk dan tekanan (1 atm)
Kapasitas : 5 L/batch/reaktor

Biodiesel dibuat melalui langkah-langkah sebagai berikut: Larutkan NaOH dalam methanol dengan perbandingan 1 : 10, masukan minyak nabati maksimum 2 liter dalam tangki ke 1 dengan memutar valve dari pompa vakum dan tangki 1, masukan metanolat 10% dari minyak, hidupkan pemanas dan pengaduk tangki no 1, set suhu pada 65oC, reaksi diteruskan selama 1 jam, keluarkan  padatan yang terbentuk, masukan air pencuci sebanyak  1,5-2 kali minyak, aduk selama 15 menit, keluarkan air pencuci, ulangi pencucian sebanyak 3 kali, pindahkan minyak/biodiesel ke tangki 2, panaskan dan vakumkan sampai 15 mm selama 4 jam kemudian yang terakhir dinginkan dan ambil biodiesel. Hasil pengujian menunjukkan bahwa mesin pembuat biodiesel telah berfungsi dengan baik untuk membaut biodiesel dari bahan baku minyak sawit, metanol dan katalis NaOH dan tidak diketemukan adanya malfungsi pada setiap komponen mesin 

B. INSTALASI PEMURNI BIOGAS

Spesifikasi alat

Unit            : 1 Unit PURIFIER Pemurni Biogas
Bahan : SS 304
Dimensi : dia. 3″  x tinggi  70 cm
Tebal : 1,2 mm
Kompresor : 3/4 pk atau mini kompresor
Kapasitas : Biogas 0.5 M3

Mekanisme kerja instalasi pemurni biogas ini adalah sebagai berikut: Biogas dari bioreaktor dialirkan kedalam adsorben silikagel, karbon aktif dan zeolit dengan bantuan pompa vakum. Biogas yang dimurnikan selanjutnya ditampung dalam tangki penampung. Sistem akan mati sendiri jika tekanan gas telah mencapai 1,5 atm. Hasil pegujian alat menunjukkan bahwa alat pemurni biogas dapat berfungsi dengan baik untuk memurnikan biogas. Tidak dijumpai adanya malfungsi pada setiap komponen alat


BANTUAN INSTALASI BIOFUEL DARI PT.PLN UNTUK PSE UGM

 

Karna Wijaya

Manajer Biofuel dan Hidrogen

Pusat Studi Energi UGM

E-mail: karna_ugm@yahoo.com,

karnagmu@gmail.com, karnawijaya@ugm.ac.id

 

Baru-baru ini PSE UGM mendapat bantuan instalasi biofuel dari PT PLN, berupa 1 set instalasi pengolah biodiesel, 1 set alat distilasi bioetanol dan 1 set alat pemurni biogas. Dengan bantuan ini diharapkan PSE UGM dapat lebih mengembangkan diri di bidang penelitian maupun pelatihan biofuel. Secara umum tujuan pengadaan ke tiga instalasi biofuel ini adalah untuk mempersiapkan PSE-UGM dengan berbagai fasilitas training dan workshop di bidang biofuel sehingga PSE nantinya mempu menyelenggarakan pelatihan biofuel secara mandiri dan berbobot, membangun networking antara PSE-UGM dan PT PLN serta stakeholder lainnya serta untuk memperkuat fungsi layanan PSE-UGM kepada masyarakat. Sasaran training dan workshop ini rencananya adalah individu minimal berpendidikan SMA atau SMK atau sederajat, para pelaku Usha Menengah Kecil dan Mikro  (UMKM) atau Industri Kecil dan Menengah (IKM), mahasiswa dan pelajar serta kalangan Industri dan masyarakat umum lainnya.

Semua alat pelatihan/instalasi biofuel bantuan dari PT.PLN ditempatkan di Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada dengan alamat Sekip Blok K-1A, Kampus UGM, Yogyakarta Tel/Fax   : 62-274-549429. PSE UGM juga menawarkan kepada masyarakat yang berminat melakukan penelitian biofuel atau mengembangkan usaha biofuel dapat menggunakan fasilitas tersebut dengan menghubungi alamat di atas.

A. INSTALASI BIOETANOL

Spesifikasi instalasi bioetanol sumbangan PT.PLN adalah sebagai berikut

Alat : 1 Unit BOILER kapasitas 30 liter beer fermentasi
  Bahan : SS 304      
  Dimensi : dia. 40 cm  x tinggi  50 cm  
  Tebal : 1,2 mm      
  Burner : baja lunak    
  Kompor LPG : besi tuang    
  1 Unit KOLOM DESTILASI      
  Bahan : SS 304      
  Dimensi : dia. 4″  x tinggi  200 cm  
  1 Unit KONDENSOR      
  Bahan : SS 304      
  Dimensi : dia. 4″  x tinggi  120 cm  
  1 Unit Panel pengendali proses    
Kapasitas 30 L per batch          

 

Prinsip kerja instalasi bioetanol ini adalah sebagai berikut: Beer hasil fermentasi dimasukkan ke dalam tangki berkapapsitas 30 L, kemudian kompor gas dinyalakan. Beberapa saat kemudian kolom pendingin mulai menghangat. Setelah kolom distilasi bagian tengah menghangat sistem pompa dihidupkan untuk mengalirkan air pendingin ke kondensor dan kolom distilasi. Temperatur diset pada suhu sekitar 78oC.Jika etanol sudah mulai menetes kompor dikecilkan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat pendistilasi bioetanol telah berfungsi dengan baik untuk memisahkan bioetanol dari air dalam SATU KALI DISTILASI dengan KADAR BIOETANOL MENCAPAI 90-95% (90% up). Pengujian juga menunjukkan bahwa tidak diketemukan adanya malfungsi pada setiap komponen alat.

Spesifikasi alat pengolah biodiesel adalah sebagai berikut :

Unit : 1 UNIT REAKTOR ESTERIFIKASI  kapasitas 5 liter
  1 UNIT REAKTOR TRANSESTERIFIKASI kapasitas 5 liter      
  KELENGKAPAN      
  1 Unit Pompa vakum          ½ pk      
  2 Unit pengaduk    
  1 panel control suhu  (200 oC),  pengaduk dan tekanan (1 atm)    
Kapasitas : 5 L/batch/reaktor          

Biodiesel dibuat melalui langkah-langkah sebagai berikut: Larutkan NaOH dalam methanol dengan perbandingan 1 : 10, masukan minyak nabati maksimum 2 liter dalam tangki ke 1 dengan memutar valve dari pompa vakum dan tangki 1, masukan metanolat 10% dari minyak, hidupkan pemanas dan pengaduk tangki no 1, set suhu pada 65oC, reaksi diteruskan selama 1 jam, keluarkan  padatan yang terbentuk, masukan air pencuci sebanyak  1,5-2 kali minyak, aduk selama 15 menit, keluarkan air pencuci, ulangi pencucian sebanyak 3 kali, pindahkan minyak/biodiesel ke tangki 2, panaskan dan vakumkan sampai 15 mm selama 4 jam kemudian yang terakhir dinginkan dan ambil biodiesel. Hasil pengujian menunjukkan bahwa mesin pembuat biodiesel telah berfungsi dengan baik untuk membaut biodiesel dari bahan baku minyak sawit, metanol dan katalis NaOH dan tidak diketemukan adanya malfungsi pada setiap komponen mesin 

B. INSTALASI PEMURNI BIOGAS

Spesifikasi alat

Unit            : 1 Unit PURIFIER Pemurni Biogas    
  Bahan : SS 304      
  Dimensi : dia. 3″  x tinggi  70 cm  
  Tebal : 1,2 mm      
  Kompresor : 3/4 pk atau mini kompresor
Kapasitas : Biogas 0.5 M3          

Mekanisme kerja instalasi pemurni biogas ini adalah sebagai berikut: Biogas dari bioreaktor dialirkan kedalam adsorben silikagel, karbon aktif dan zeolit dengan bantuan pompa vakum. Biogas yang dimurnikan selanjutnya ditampung dalam tangki penampung. Sistem akan mati sendiri jika tekanan gas telah mencapai 1,5 atm. Hasil pegujian alat menunjukkan bahwa alat pemurni biogas dapat berfungsi dengan baik untuk memurnikan biogas. Tidak dijumpai adanya malfungsi pada setiap komponen alat

 


 

BIOETANOL SEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY

NewsPenelitianRenewable EnergyUncategorized Tuesday, 27 December 2011

 

MEMBANGUN BISNIS BIOETANOLSEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY

Karna Wijaya , Manager Biofuel dan Energi Hidrogen , Pusat Studi Energi UGM

Di antara berbagai jenis biofuel, bioetanol tergolong paling mudah diproduksi.  Biaya operasional produksi dan pembuatan instalasinyapun relatif murah akan tetapi keuntungan yang didapat dari bisnis biofuel jenis ini cukup besar.  Karena termasuk low tech, maka bioetanol dapat diproduksi oleh siapapun dan dimanapun, asal ada kemudahan akses ke bahan baku. Sebenarnya masyarakat kita telah lama mengenal teknik pembuatan bioetanol, khususnya untuk miras, misalnya ciu, dan arak. Jadi secara teknologi kita tidak punya masalah atau sudah menguasai teknik pembuatan bioetanol sehingga seharusnya kita dapat pula mengembangkan industri bioetanol bersekala besar maupun kelas UMKM atau home industry.

 

Analisis SWOT pendirian UMKM Bioetanol

            Sebelum mendirikan UMKM atau usaha home industry sebaiknya dilakukan perencanaan yang matang terlebih dahulu. Sebagai tindakan awal biasanya pelaku bisnis menjalankan analisis SWOT terhadap usahanya. Analisis SWOT juga dilakukan setelah bisnis berjalan agar perusahaan dapat tetap bersaing. Teknik analisis SWOT dapat dianggap sebagai teknik atau metoda analisis yang paling fundamental, yang bermanfaat untuk melihat suatu permasalahan bisnis/usaha dari 4 bidang yg berbeda. Hasil analisis biasanya adalah rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan tepat, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang tidak terlihat selama ini. Untuk membantu membedakan apakah suatu hal dikelompokan ke dalam kekuatan ataukah peluang dapat  dilakukan dengan cara melihat asal dari suatu hal tersebut. Hal penting yang harus diingat selama menggunakan analisis SWOT adalah semua yang dituliskan harus berdasarkan fakta. Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya (Freddy Rangkuti, 2001). Berikut analisis SWOT yang dapat diterapkan untuk mengembangkan UMKM atau home industry bioetanol.

Kekuatan (Strengths):

       Kepakaran yang dimiliki perusahaan

       Produk baru atau service yang unik

       Lokasi perusahaan yang strategis

       Kualitas produk atau proses

Kelemahan (Weaknesses):

       Minimalnya pengetahuan pemasaran (marketing)

       Produk yang dihasilkan tidak dapat dibedakan dengan produk pesaing

       Letak perusahaan atau institusi terpencil

       Mutu  produk rendah

Peluang (Opportunities):

       Market yang terus berkembang

       Penggabungan  perusahaan

       Munculnya segmen pasar yang baru

       Market internasional

       Pasar yang kosong karena ketidaksanggupan kompetitor memenuhi permintaan pelanggan

Ancaman (Threats):

       Pesaing baru di segmen pasar yang sama

       Persaingan harga dengan pesaing

       Pesaing mengeluarkan produk yang lebih bagus kualitasnya

       Pesaing menguasai pangsa pasar terbesar

 

Bioetanol dan Pembuatannya

 

Bioetanol pada dasarnya adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memilki berbagai macam kadar.  Bioetanol dengan kadar 90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang diperoleh berkadar 94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar. Kadar bioetanol tingkat ini sangat tinggi, minimal  99,5%. Dewan Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol. Saat ini ada dua jenis SNI bioetanol, yaitu SNI DT 27-0001-2006 untuk bioetanol terdenaturasi dan SNI-06-3565-1994 untuk alkohol teknis yang terdiri dari Alkohol Prima Super, Alkohol Prima I dan Alkohol Prima II. Alkohol Prima Super memiliki kadar  maksimum 96,8 % dan minimum 96,3 %, sedangkan Prima I dan Prima II minimal 96,1 % dan 95,0 %. Semua diukur pada temperature 15oC.

Untuk mengkonversi biomassa menjadi bioetanol diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (Gan Thay Kong, 2010)

  1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada langkah ini pati atau karbohidrat  dihancurkan oleh enzim atau asam mineral menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Jika bahan baku yang digunakan buah-buahan mengandung gula tidak perlu dilakukan hidrolisis
  2. Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol dan CO2. Jumlah dan kadar bioetanol yang dihasilkan sangat tergantung pada proses ini, oleh karena itu proses ini harus dikontrol sehingga dapat dihasilkan bioetanol dalam jumlah banyak dan berkadar tinggi.
  3. Proses distilasi untuk memisahkan bioetanol dari air sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 95-96%. Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol, maka kedua komponen tersebut dapat dipisahkan melalui teknik distilasi.
  4. Proses dehidrasi untuk mengeringkan atau menghilangkan sisa air di dalam bioetanol sehingga tercapai bioetanol dengan kadar lebih dari 99,5% (Fuel Grade Ethanol (FGE))

Bahan baku pembuatan bioetanol (bioetanol generasi pertama) yang banyak terdapat di Indonesia antara lain singkong atau ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Semuanya merupakan biomassa yang kaya karbohidrat dan berasal dari  tanaman penghasil karbohidrat atau pati.

 

Keunggulan Bioetanol

  • Bioetanol merupakan zat kimia yang memiliki banyak kegunaan, misalnya : Sebagai bahan kosmetik, sebagai bahan bakar, sebagai pelarut, sebagai bahan minuman keras
  • Penggunaan bioetanol mengurangi emisi gas CO (ramah lingkungan) secara signifikan, Bioetanol bisa dipakai langsung sebagai BBN atau dicampurkan ke dalam premium sebagai aditif dengan perbandingan tertentu (Gasohol atau Gasolin alcohol), jika dicampurkan ke bensin maka bioetanol bisa meningkatkan angka oktan secara signifikan.
  • Campuran 10% bioetanol ke dalam bensin akan menaikkan angka oktan premium menjadi setara dengan pertamax (angka oktan 91),
  • Production cost bioetanol relatif rendah oleh karena itu bioetanol dapat dibuat oleh siapa saja termasuk UMKM dan home industry.
  • Teknologi pembuatan bioetanol tergolong low technology sehingga masyarakat awam dengan pendidikan terbatas dapat membuat bioetanol sendiri
  • Sumber bioetanol, seperti singkong, tebu, buah-buahan dan jagung mudah dibudidayakan.

 

Instalasi dan nilai investasi

Untuk pembuatan instalasi bioetanol dengan kapasitas produksi 150 L/hari (kelas UMKM atau home industry), biaya investasi instalasi yang dibutuhkan diperkirakan sebesar Rp. 123.000.000,- . Biaya ini belum termasuk bahan baku. Dengan modal dasar Rp.123.000.000,- maka BEP (Break Event Point) usaha diperkirakan tercapai dalam kurun waktu 7-11 bulan tergantung fluktuasi harga bahan baku dan nilai jual bioetanol.

Tabel 1. Spesifikasi  Instalasi bioetanol berbahan baku ubi kayu/singkong

(Sumber : Dr.Edi Mulyadi, 2011)

Tabel 2. Perkiraan biaya operasional dan total investasi

 (Sumber Dr.Edy Mulyadi, 2011)

Peluang pasar

Bioetanol merupakan bahan kimia yang ramah lingkungan (green chemicals, biodegradable, emisi ramah lingkungan) karena dibuat dari bahan-bahan alam yang edible maupun non edible.Hasil pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman sehingga bioetanol sangat menjanjikan sebagai bahan bakar masa depan.

Selain sebagai bahan bakar bioetanol digunakan pula dalam

  • Industri kosmetika
  • Industri farmasi dan kesehatan
  • Rumah tangga dan UMKM (sebagai bahan bakar genset)
  • Pertanian
  • Laboratorium penelitian
  • Bahan baku fine chemicals lainnya seperti bioeter dan biodietilasetat
  • dan sebagainya

Mengingat manfaatnya dan pasarnya yang luas maka bioetanol sangat potensial untuk terus dikembangkan di Indonesia baik sekala industri besar maupun UMKM dan home industry.

 

MEMBANGUN BISNIS BIOETANOL

SEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY

BIOFUEL DARI BIOMASSA

PenelitianRenewable EnergyUncategorized Monday, 12 December 2011

Oleh KARNA WIJAYA (Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada)

Biomassa sebagai sumber biofuel

Biomassa adalah material yang berasal dari organisma hidup yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan produk sampingnya seperti sampah kebun, hasil panen dan sebagainya. Tidak seperti sumber-sumber alamiah lain seperti petroleum, batubara dan bahan bakar nuklir, biomassa adalah sumber energi  terbarukan yang berbasis pada siklus karbon.Biomassa bisa digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Briket arang, briket sekam padi, briket ranting dan daun kering adalah contoh bahan bakar biomassa yang dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar pemanas atau sumber tenaga. Nilai kalor bakar biomassa bervariasi tergantung kepada sumbernya. Pemakaian biomassa dapat memberi kontribusi yang signifikan kepada managemen sampah, ketahanan bahan bakar dan perubahan iklim. Di pedesaan, utamanya di negara-negara berkembang, biomassa dari kayu, daun, sekam padi dan jerami  merupakan bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak. Catatan dari International Energy Agency menunjukkan bahwa energi biomassa menyediakan 30% dari suplai energi utama di beberapa berkembang. Dewasa ini lebih dari 2 juta penduduk dunia masih tergantung kepada bahan bakar biomassa sebagai sumber energi primer. Pemakaian biomassa secara langsung dapat menghemat bahan bakar fosil, akan tetapi disisi lain jika dipakai dalam ruang tanpa ventilasi yang memadai bahan bakar biomassa yang digunakan secara langsung dapat membahayakan kesehatan. Laporan International Energy Agency dalam World energy Outlook 2006 menyebutkan bahwa 1.3 juta orang di seluruh dunia meninggal karena pemakaian biomassa secara langsung. Selain pennggunaan secara langsung sebagai bahan bakar padat, biomassa dapat diolah menjadi berbagai jenis biofuel cair dan gas.

Biofuel merupakan bahan bakar terbarukan yang cukup menjanjikan. Biofuel dapat secara luas didefinisikan sebagai padatan, cairan atau gas bakar yang mengandung atau diturunkan dari biomassa. Definisi yang lebih sempit mendefinisikan biofuel sebagai cairan atau gas yang berfungsi sebagai bahan bakar transportasi yang berasal dari biomasssa. Biofuel dipandang sebagai bahan bakar alternatif yang penting karena dapat mengurangi emisi gas dan meningkatkan ketahanan energi. Penggunaan minyak nabati (BBN) sebagai bahan biofuel sebenaranya sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel mengembangkan mesin motor yang dijalankan dengan BBN. BBN saat itu adalah minyak yang didapatkan langsung dari pemerasan biji sumber minyak, yang kemudian disaring dan dikeringkan. Bahan bakar minyak nabati mentah yang digunakan pada mesin diesel buatan Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayur. Namun karena pada saat itu produksi minyak bumi berlimpah dan murah, maka BBN untuk mesin diesel tersebut secara perlahan-lahan diganti dengan minyak solar dari minyak bumi. Selain itu BBN yang didominasi oleh trigliserida memiliki viskositas dinamik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Viskositas bahan bakar yang tinggi akan menyulitkan pengaliran bahan bakar ke ruang bakar sehingga dapat menurunkan kualitas pembakaran dan daya mesin. Oleh karena itu, untuk penggunaan BBN secara langsung mesin diesel harus dimodifikasi terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan pemanas BBN untuk menurunkan viskositas. Pemanas dipasang sebelum sistem pompa dan injektor bahan bakar.

Saat ini biofuel telah digunakan di berbagai negara, industri biofuel tersebar di Eropa, Amerika dan Asia. India, misalnya mengembangkan biodiesel dari tanaman jarak pagar (Jatropha). Kebanyakan biofuel dipakai untuk transportasi otomotif. India mentargetkan penggunaan 5% bioetanol sebagai bahan bakar transportasi, sementara cina sebagai prodesen utama etanol di Asia mentargetkan 15% bioetanol sebagai bahan bakar transportasinya pada tahun 2010. Biofuel dapat diproduksi dari sumber-sumber karbon dan dapat diproduksi dengan cepat dari biomassa. Sebagai Negara agraris Indonesia sangat potensial mengembangkan industri biofuel nya sendiri. Pertama, bahan baku berupa tanaman energi tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Produksi tanaman energi  dari tahun ke tahun juga cenderung meningkat sehingga kita tidak perlu kawatir kekurangan sumber energi nabati ini. Sebagai contoh  luas perkebunan tebu dan ubi kayu dari tahu ketahun meningkat dengan tajam. Kedua jenis tanaman tersebut merupakan bahan baku pembuatan bioetanol.

 

Tabel 1. Potensi EBT (Biofuel) di Indonesia

(diolah dari  Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025, Lampiran B, Jakarta, 2005)

Bioetanol

Bioetanol saat ini merupakan biofuel yang paling banyak digunakan. Di USA pada tahun 2004 produksi etanol (termasuk bioetanol) mencapai 3 sampai dengan 4 billion gallons dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang prospektif karena beberapa alasan seperti tidak member kontribusi pada pemanasan global, dapat dicampur dengan gasoline sampai 10% (E10) dapat dibuat dari bahan-bahan alami (biomassa) yang dapat diperbaharui (renewable) seperti ubi kayu, jagung dan buah-buahan.  Sebagai pengganti MTBE (methyl tertiary butyl ether) yang potensial. MTBE adalah aditif bahan bakar (fuel additive) yang bersifat toksik dan dewasa ini banyak digunakan di beberapa negara.

Bioetanol pada prinsipnya adalah etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi sehingga dinamakan bioetanol. Bioetanol dihasilkan dari distilasi bir hasil fermentasi. Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang relatif mudah dan murah diproduksi sehingga industri rumahan sederhana pun mampu membuatnya. Biasanya bioetanol dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu dan dilanjutkan dengan destilasi. Bioetanol dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Untuk bahan bakar kendaraan bermotor terlebih dahulu bioetanol harus dicampur dengan premium dengan perbandingan tertentu. Hasil pencampuran ini kemudian disebut dengan Gasohol (Gasoline Alcohol). Gasohol memiliki performa yang lebih baik daripada premium karena angka oktan etanol lebih tinggi daripada premium. Selain itu gasohol juga lebih ramah lingkungan daripada premium. Penguapan bioetanol dari cair ke gas juga tidak secepat bensin. Karena itu pemakaian bioetanol murni pada kendaraan dapat menimbulkan masalah. Tetapi masalah dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi bahan bakar.

 

Biodiesel

Biodiesel atau alkil ester bersifat sama dengan solar, bahkan  lebih  baik nilai cetanenya. Riset tentang biodiesel telah dilakukan di seluruh dunia khususnya di  Austria, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat. Bahan baku utamanya antara lain minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Di Hawaii biodiesel dibuat dari  minyak goreng bekas dan di Nagano, Jepang bahan baku dari restoran-restoran cepat saji telah dipakai sebagai bahan baku biodiesel. Saat ini biodiesel telah merebut 5% pangsa pasar ADO (automotive diesel oil) di Eropa. Pada tahun 2010 Uni-Eropa mentargetkan pencapaian sampai 12%. Malaysia telah mengembangkan pilot plant biodiesel berbahan baku minyak sawit dengan kapasitas berkisar 3000 ton/hari yang telah siap memenuhi kebutuhan solar transportasi. Secara keseluruhan Saat ini di dunia telah terdapat lebih dari 85 pabrik biodiesel berkapasitas 500 – 120.000 ton/tahun dan pada 7 tahun terakhir ini 28 negara telah menguji-coba biodiesel sebagai pengganti BBM, 21 di antaranya kemudian memproduksi. Amerika dan beberapa negara Eropa bahkan telah menetapkan Standar Biodiesel yang kemudian diadopsi di beberpa Negara berkembang.

Di Indonesia biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD) dan minyak ikan. Biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat dengan berbagai metode. Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang paling popular dewasa ini karena aman, murah dan mudah dilakukan. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena tidak memberi kontribusi kepada pemanasan global, mudah didegradasi, mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam pembakaran dan dapat melumasi mesin. Keuntungan-keuntungan lain pada penggunaan biodiesel adalah mudah dibuat sekalipun dalam sekala rumah tangga (home industry) dan menghemat sumber energi yang tidak terbarukan (bahan bakar fosil) serta dapat mengurang biaya biaya kesehatan akibat pencemaran udara. Pemanfaatan sumber-sumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil) baik minyak segar maupun bekas (jelantah) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga merupakan keuntungan karena dapat membuka peluang usaha bagi petani dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM).

 

Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik, sampah atau limbah biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Metana yang terkandung  di dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak negara maju mulai meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah. Komposisi gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Rata-rata biogas memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat menghasilkan biogas dengan kadar metana berkisar dari 55-75%.

Biofuel dalam waktu dekat mungkin tidak dapat menggantikan sepenuhnya energi fosil, Namun biofuel tetap akan menjadi sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pengembangan biofuel melalui penggunaan produk samping industri pertanian atau sampah menjadi energi melalui pembakaran langsung atau dikonversi menjadi biofuel tidak saja menyediakan energi alternatif terbarukan  namun juga dapat membuka lapangan kerja baru.

BIOETANOL SEBAGAI BBN

PenelitianUncategorized Monday, 14 November 2011

PROSPEK DAN STRATEGI PENGGUNAAN BIOETANOL SEBAGAI BBN

DI INDONESIA

 

(Karna Wijaya, Manajer Biofuel, Katalis dan Hidrogen, PSE-UGM)

Riset tentang kemungkinan pemanfaatan bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati di Indonesia  sebenarnya sudah dilakukan sejak lama, namun pemakaiannya sebagai bahan bakar masih jauh dari harapan kita semua. Walaupun himbauan pemerintah kepada pemakai kendaraan pribadi untuk menggunakan bensin pertamax namun pemilik kendaraan di Indonesia saat ini masih senang menikmati BBM bersubsidi karena harganya yang relatif murah dan terjangkau semua kalangan mulai dari kalangan atas sampai kalangan menengah ke bawah. Namun dengan naiknya harga BBM dari waktu ke waktu maka secara signifikan perbedaan harga BBM dan BBN bioetanol di masa-masa mendatang akan semakin tipis. Harga premium bersubsidi saat ini sekitar Rp.4500,-/liter lebih rendah dari harga bioetanol yang mencapai Rp. 8000,-/liter atau hampir 2 kali lipat harga bensin premium. Dengan harga seperti itu sudah pasti PT.Pertamina akan merugi jika tetap memaksakan diri menjual bioetanol sebagai biopremium dengan harga Rp.4500,-/liter. Persoalan pemakaian bioetanol atau etanol sebagai substitusi BBM juga terkendala pasokan bioetanol dan atau etanol pertahun yang relatif masih rendah. Saat ini konsumsi bensin premium perbulan mencapai 1,5 juta kiloliter sedangkan pasokan etanol perbulan di Indonesia kira-kira hanya mencapai 500 kiloliter perbulan.

Sebenarnya kalau kita kaji, Indonesia sangat berprospek mengembangkan bioetanol sendiri. Pertama, bahan baku berupa tanaman berpati dan bergula tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia begitu pula sumber lignoselulosa (Tabel 1).

Tabel 1. Rencana Startegis Pengembangan Bioetanol di Indonesia

berbahan baku tebu dan ubi kayu

 

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Tebu :

Luas (juta hektar)

Volume (juta kiloliter/tahun

10

–

30

0,19

200

1,25

250

1,56

750

4,56

Ubi Kayu :

Luas (juta hektar)

Volume (juta kiloliter/tahun

100

–

100

0,042

400

1,70

700

2,98

1500

6,77

 

Sumber data: Rama Prihandana dan Roy Hendroko,dkk, Bioetanol Ubi

Kayu, 2007,hlm 57. (dikutip dari Gan Thay Kong, Peran

Biomassa bagi Energi Terbarukan, 2002,jlm.12).

 

Dengan kata lain soal ketersediaan bahan baku bioetanol yang berkelanjutan bukan merupakan masalah lagi. Kedua, sumber daya manusia yang berpotensi dan kompeten untuk mengembangkan bioetanol juga tersedia baik  di perguruan-perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian, UMKM maupun industri. Ketiga, biaya pembuatan pabrik dan production cost bioetanol relatif murah. Jadi mengapa program substitusi BBM dengan bioetanol di Indonesia tersendat? Bagaimana upaya yang harus kita lakukan untuk melancarkan program itu?

Untuk menjawab dan mengatasi persoalaan tersebut diperlukan langkah-langkah atau strategi jitu dari pemerintah antara lain dengan mewajikan sektor transportasi PSO (Public Service Obligation) dan non PSO, industri dan pembangkit tenaga listrik secara bertahap menggunakan BBN dengan persentase tertentu (Mandatori BBN), mendirikan pabrik bioetanol secara ekstensif, mengatur tata niaga bioetanol, membuat road map pengembangan energi bioetanol yang jelas dan meningkatkan penelitian praktis penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaran dan mesin, terutama pembuatan bioetanol generasi kedua, sosialisasi BBN bioetanol ke masyarakat, pemberdayaan masyarakat untuk mengembankan bioetanol secara mandiri (pembangunan Desa Mandiri Energi), subsidi BBN bioetanol dan pengawasan impor bioetanol serta membudidayakan tanaman penghasil bioetanol yang tidak mengganggu keamanan pangan (non edible)

Strategi pertama berupa Mandatori BBN praktis telah ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro dan telah dinyatakan berlaku efektif sejak januari 2009. Mandatori ini mengatur penggunaan BBN secara bertahap. Dengan mandatori tersebut diharapkan pada tahun 2025 penggunaan bioetanol akan mencapai 15% dari kebutuhan total bahan bakar Indonesia.

Agar pasokan bioetanol terjamin maka dibutuhkan pabrik-pabrik bioetanol yang dapat mencukupi kebutuhan bioetanol nasional yang dikuti dengan tata niaga bioetanol yang transparan,jelas serta dilaksanakan secara bertahap. Tata niaga dapat dimulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi bioetanol dan pemasaran bioetanol. Tata niaga bioetanol seyogyanya difasilitasi oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga terkait.

Penelitian penggunaan bioetanol generasi pertama memilik banyak kelemahan antara lain sumber bioetanol yang dipakai  bergesekan dengan  sumber pangan, misalnya jagung, sorgum dan tebu. Generasi kedua bioetanol mensyaratkan pemakaian bahan baku yang berasal dari biomassa non edible, seperti jerami, tongkol jagung, serbuk gergaji dan sebagainya. Namun riset tentang bioetanol generasi kedua khususnya di Indonesia masih kurang berkembang. Di Amerika riset tentang bioetanol generasi kedua, misalnya bioetanol selulosik sudah mendekati scale up ke industri. Pada tahun 2011 Amerika berencana membangun pabrik bioetanol selulosik dengan kapasitas 50-100 juta gallon.

Agar pengembangan energi bioetanol di Indonesia lebih terarah maka diperlukan road map sektor energi bioetanol. Pembuatan road map adalah tugas lembaga pemerintah yang bekompeten, misalnya Kementerian Riset dan Energi dibantu para pakar dari perguruan tinggi, dan lembaga atau institusi terkait.

Betapapun bagusnya program pemerintah jika tidak diikuti sosialisasi dan implementasi ke masyarakat maka  program tersebut menjadi tumpul. Saat ini pemahaman masyarakat tentang bioetanol sebagai BBN dirasa relatif masih rendah, sehingga pemasyarakatan bioetanol menjadi kurang optimal. Sosialisasi berkelanjutan melalui kuliah kerja nyata mahasiswa dan lewat bebagai media utamanya televisi dan surat kabar perlu ditingkatkan. Pembangunan Desa mandiri Energi (DME) merupakan strategi pemerintah untuk membangun ketahanan energi melalui masyarakat pedesaan. Jika masyarakat desa dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan energinya sendiri, minimal 60% maka desa tersebut dikatakan telah mandiri energi. DME diharapkan dapat menjadi solusi signifikan untuk mengatasi kebutuhan energi bangsa. Pembangunan DME masih terus berjalan sejak tahun 2009 dan saat ini telah mencapai 1000 DME tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai contoh sukses pembangunan DME adalah  Kabupaten Minahasa Selatan. Masyarakat lokal telah berhasil mengembangkan home industry bioetanol dari nira. Melalui industri rumahan ini mereka mampu menghasilkan 1 liter bioetanol per pohon nira perhari. Bioetanol ini kemudian mereka gunakan untuk kendaraan pemerintah setempat. Program DME ini akan lebih berhasil apabila didukung dan melibatkan berbagai instansi pemerintah, LSM dan perguruan tinggi.

Kenaikan harga tetes tebu sebagai bahan baku bioetanol yang mencapai 100% (USD 65/ton pada tahun 2008 menjadi USD 125-130/ton pada tahun 2009) dan kemungkinan dibukanya kran impor bioetanol dari Brazilia berpotensi menghancurkan industri bioetanol di Indonesia. Pemberian subsidi (seandainya layak secara ekonomi) kepada BBN bioetanol dalam negeri seperti halnya BBM dan pembatasan impor bioetanol diharapkan mampu mempertahankan industri bioetanol yang sudah ada saat ini.

Bahan baku bioetanol di tiap daerah atau Negara sangat tergantung kepada sumber daya alam nabatinya. Di Indonesia sumber bioetanol sangat berlimpah, sebut saja tebu, jagung,singkong, buah-buahan, nira dan sebagainya. Dalam program pengadaan BBN Nasional tidak semua tanaman tersebut layak secara ekonomi untuk digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Pemerintah dan rakyat sebaiknya lebih fokus hanya kepada tanaman yang mudah dibudidayakan saja.

123

Pusat Studi Energi
Sekip Blok K1.A Kampus Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta - Indonesia
Tel/Fax: +62-0274-549429 | e-mail : pse@ugm.ac.id

Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Energi

Universitas Gadjah Mada

Sekip Blok K1-A Yogyakarta 55281

pse@ugm.ac.id
 +62 (274) 549429
 +62 (274) 549429

Pusat Studi Energi

  • Home
  • Tentang PSE
    • Pengantar
    • Visi dan Misi
    • Kegiatan
    • Kerjasama
    • Personalia
  • Program Kerja
  • Jasa
    • Jasa Survei Geofisika untuk Eksplorasi Air Tanah
    • Jasa Survei Geofisika untuk Geoteknik
    • Jasa Audit Energi
  • PENELITIAN
  • Pelatihan
  • Kontak

© Pusat Studi Energi - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY