Universitas Gadjah Mada meluncurkan buku dengan judul “Transisi Energi Berbasis Komunitas Di Kepulauan dan Wilayah Terpencil” di Hotel Aryaduta, Jakarta pada tanggal 21 November 2019. Buku ini merupakan hasil pembelajaran dari kajian “Studi Sosial dan Teknik Mengenai Energi Terbarukan” di Nusa Penida (Bali), Semau (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Gorontalo (Gorontalo) selama satu tahun. Buku ini disusun oleh penulis dari empat Lembaga di UGM, yaitu Direktorat Penelitian Kepada Masyarakat (DPKM), Pusat Studi Energi (PSE). Sekolah Vokasi, dan Youth Studies Centre (YOUSURE) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol).
Penelitian
Silvofishery yang merupakan salah satu UMKM di kabupaten Indramayu. Dengan lokasi yang terletak di arboretum mangrove Karangsong, sumber listrik yang digunakan hanya berasal dari panel surya sehingga hanya mengandalkan intensitas cahaya matahari. Untuk mengefisienkan energi yang ada, penambahan instalasi turbin angin dapat menutup kebutuhan listrik pada saat panel surya tidak mendapat intensitas cahaya matahari yang cukup.
Instalasi PLTB merupakan proyek kerja sama antara tim KKN-PPM UGM Indramayu 2018 dan CSR Pertamina RU-VI Balongan dalam rangka menguatkan dan mengingkatkan potensi UMKM silvofishery di wilayah arboretum Karangssong. Perancangan sistem dilakukan oleh tim KKN-PPM UGM Indramayu 2018 sedangkan pelaksana instalasi adalah Pusat Studi Energi (PSE) UGM. Selain melakukan instalasi PSE UGM juga melakukan pelatihan teknis instalasi dan perawatan PLTS dan PLTB pada penelola arboretum untuk meningkatkan keberlanjutan sistem.
Penelitian dan pemanfaatan teknologi energi terbarukan senantiasa berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan terhadap energi. Dengan keterbatasan sumber energi fosil memaksa pemerintah daerah untuk mencari peluang dalam memanfaatkan energi alternatif. Dalam kaitan masalah tersebut, pada tanggal 18 Februari 2014 Pemerintah Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur telah melakukan Focus Discussion Group (FGD) dengan beberapa peneliti dari Pusat Studi Energi.
Materi FGD difokuskan pada bentuk kerjasama dan jenis penelitian pemanfaatan teknologi energi terbarukan di Kabupaten Pacitan. Tukar pendapat dilakukan dengan penuh perhatian dan antusias mewarnai kegiatan FGD tersbut sehingga di rumuskan bebrapa point penting yang akan ditndak lanjuti. Salah satu agenda terdekat yang telah dilaksanakan adalah survai potensi energi terbarukan di Kabupaten Pacitan oleh bebrapa peneliti dari PSE UGM idamping oleh bebrapa SKPD dari Pemerintah Kbupaten.
BANTUAN INSTALASI BIOFUEL DARI PT.PLN UNTUK PSE UGM
Karna Wijaya
Manajer Biofuel dan Hidrogen
Pusat Studi Energi UGM
E-mail: karna_ugm@yahoo.com,
karnagmu@gmail.com, karnawijaya@ugm.ac.id
Baru-baru ini PSE UGM mendapat bantuan instalasi biofuel dari PT PLN, berupa 1 set instalasi pengolah biodiesel, 1 set alat distilasi bioetanol dan 1 set alat pemurni biogas. Dengan bantuan ini diharapkan PSE UGM dapat lebih mengembangkan diri di bidang penelitian maupun pelatihan biofuel. Secara umum tujuan pengadaan ke tiga instalasi biofuel ini adalah untuk mempersiapkan PSE-UGM dengan berbagai fasilitas training dan workshop di bidang biofuel sehingga PSE nantinya mempu menyelenggarakan pelatihan biofuel secara mandiri dan berbobot, membangun networking antara PSE-UGM dan PT PLN serta stakeholder lainnya serta untuk memperkuat fungsi layanan PSE-UGM kepada masyarakat. Sasaran training dan workshop ini rencananya adalah individu minimal berpendidikan SMA atau SMK atau sederajat, para pelaku Usha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) atau Industri Kecil dan Menengah (IKM), mahasiswa dan pelajar serta kalangan Industri dan masyarakat umum lainnya.
MEMBANGUN BISNIS BIOETANOLSEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY
Karna Wijaya , Manager Biofuel dan Energi Hidrogen , Pusat Studi Energi UGM
Di antara berbagai jenis biofuel, bioetanol tergolong paling mudah diproduksi. Biaya operasional produksi dan pembuatan instalasinyapun relatif murah akan tetapi keuntungan yang didapat dari bisnis biofuel jenis ini cukup besar. Karena termasuk low tech, maka bioetanol dapat diproduksi oleh siapapun dan dimanapun, asal ada kemudahan akses ke bahan baku. Sebenarnya masyarakat kita telah lama mengenal teknik pembuatan bioetanol, khususnya untuk miras, misalnya ciu, dan arak. Jadi secara teknologi kita tidak punya masalah atau sudah menguasai teknik pembuatan bioetanol sehingga seharusnya kita dapat pula mengembangkan industri bioetanol bersekala besar maupun kelas UMKM atau home industry.
Oleh KARNA WIJAYA (Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada)
Biomassa sebagai sumber biofuel
Biomassa adalah material yang berasal dari organisma hidup yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan produk sampingnya seperti sampah kebun, hasil panen dan sebagainya. Tidak seperti sumber-sumber alamiah lain seperti petroleum, batubara dan bahan bakar nuklir, biomassa adalah sumber energi terbarukan yang berbasis pada siklus karbon.Biomassa bisa digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Briket arang, briket sekam padi, briket ranting dan daun kering adalah contoh bahan bakar biomassa yang dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar pemanas atau sumber tenaga. Nilai kalor bakar biomassa bervariasi tergantung kepada sumbernya. Pemakaian biomassa dapat memberi kontribusi yang signifikan kepada managemen sampah, ketahanan bahan bakar dan perubahan iklim. Di pedesaan, utamanya di negara-negara berkembang, biomassa dari kayu, daun, sekam padi dan jerami merupakan bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak. Catatan dari International Energy Agency menunjukkan bahwa energi biomassa menyediakan 30% dari suplai energi utama di beberapa berkembang. Dewasa ini lebih dari 2 juta penduduk dunia masih tergantung kepada bahan bakar biomassa sebagai sumber energi primer. Pemakaian biomassa secara langsung dapat menghemat bahan bakar fosil, akan tetapi disisi lain jika dipakai dalam ruang tanpa ventilasi yang memadai bahan bakar biomassa yang digunakan secara langsung dapat membahayakan kesehatan. Laporan International Energy Agency dalam World energy Outlook 2006 menyebutkan bahwa 1.3 juta orang di seluruh dunia meninggal karena pemakaian biomassa secara langsung. Selain pennggunaan secara langsung sebagai bahan bakar padat, biomassa dapat diolah menjadi berbagai jenis biofuel cair dan gas.
PROSPEK DAN STRATEGI PENGGUNAAN BIOETANOL SEBAGAI BBN
DI INDONESIA
(Karna Wijaya, Manajer Biofuel, Katalis dan Hidrogen, PSE-UGM)
Riset tentang kemungkinan pemanfaatan bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan sejak lama, namun pemakaiannya sebagai bahan bakar masih jauh dari harapan kita semua. Walaupun himbauan pemerintah kepada pemakai kendaraan pribadi untuk menggunakan bensin pertamax namun pemilik kendaraan di Indonesia saat ini masih senang menikmati BBM bersubsidi karena harganya yang relatif murah dan terjangkau semua kalangan mulai dari kalangan atas sampai kalangan menengah ke bawah. Namun dengan naiknya harga BBM dari waktu ke waktu maka secara signifikan perbedaan harga BBM dan BBN bioetanol di masa-masa mendatang akan semakin tipis. Harga premium bersubsidi saat ini sekitar Rp.4500,-/liter lebih rendah dari harga bioetanol yang mencapai Rp. 8000,-/liter atau hampir 2 kali lipat harga bensin premium. Dengan harga seperti itu sudah pasti PT.Pertamina akan merugi jika tetap memaksakan diri menjual bioetanol sebagai biopremium dengan harga Rp.4500,-/liter. Persoalan pemakaian bioetanol atau etanol sebagai substitusi BBM juga terkendala pasokan bioetanol dan atau etanol pertahun yang relatif masih rendah. Saat ini konsumsi bensin premium perbulan mencapai 1,5 juta kiloliter sedangkan pasokan etanol perbulan di Indonesia kira-kira hanya mencapai 500 kiloliter perbulan.